Mohon tunggu...
Alam NuaryDassir
Alam NuaryDassir Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Inggris yang baru merintis menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"From Tuyu to Ale" : Tim KKN Unhas Angkat Kerajinan Ale dari Desa ke Dunia Maya

3 September 2025   20:55 Diperbarui: 3 September 2025   20:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan Video "From Tuyu to Ale" (Sumber: PubDok)

Toraja Utara, 12 Agustus 2025 --- Tim KKN Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelombang 114 Tematik Inovasi Pengembangan Desa Wisata Lembang Buntu Tagari kembali menghadirkan inovasi kreatif melalui program kerja "Tikar Anyam Go Digital: Dari Desa ke Dunia Maya". Program ini digagas oleh Ivon Sandalalong Bandaso selaku penanggung jawab, dengan tujuan mengangkat potensi UMKM lokal melalui pendekatan digital yang efektif dan mudah diterapkan.


Fokus program ini adalah mempromosikan tikar anyam tradisional bernama ale, salah satu kerajinan khas Lembang Buntu Tagari yang memiliki nilai budaya dan ekonomi tinggi. Tikar ini dibuat dari tuyu (Lepironia articulata), tanaman rawa yang dipanen di pinggiran sawah, lalu dikeringkan di bawah terik matahari. Sebagian tuyu diberi warna alami dari kesumba, kemudian dianyam silang bersama tuyu tanpa warna, menciptakan motif silang yang indah dan khas.

Dalam pelaksanaan program, tim KKN melakukan observasi langsung sekaligus pengambilan footage di beberapa rumah pengrajin ale. Proses yang direkam mencakup pemanenan tuyu, pengeringan, hingga penganyaman tikar. Salah satu pengrajin di Dusun Tagari mengungkapkan bahwa tikar ale biasanya dijual di pasar Ma'Dong dengan harga berkisar Rp250.000--Rp300.000. Keindahan kerajinan ini bahkan membuat salah satu anggota tim KKN langsung membeli sebuah ale sebagai kenang-kenangan.

Dari seluruh dokumentasi yang terkumpul, tim menyusun sebuah video promosi berjudul From Tuyu to Ale dengan narasi berbahasa Inggris, ditujukan untuk menjangkau wisatawan asing dan memperluas pasar. Video tersebut telah diunggah ke platform YouTube sebagai langkah awal memperkenalkan ale ke kancah digital.

"Dengan promosi digital, kami ingin menggeser cara pemasaran dari yang sebelumnya hanya mengandalkan pasar konvensional menjadi lebih luas dan modern. Harapannya, kerajinan ale bisa lebih dikenal dan memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi pengrajin lokal," ujar Ivon.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun