Buat Sudut Ibadah. Sediakan sajadah kecil, rak buku doa, dan kartu doa harian. Biarkan anak memilih kapan ingin berdoa, melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian.
Libatkan Anak dalam Aktivitas Harian. Ajak mereka membantu menyiapkan air wudhu, membersihkan ruang shalat, atau menata makanan sambil mengucapkan doa. Aktivitas nyata tersebut tidak hanya melatih keterampilan hidup dan kemandirian, tetapi juga memperkenalkan adab Islami secara langsung.
Gunakan Media Konkret. Orang tua bisa menyediakan dan mengenalkan sarana belajar seperti huruf hijaiyah berbahan kayu atau kertas (mirip sandpaper letters), kartu berisi doa harian, serta benda konkret seperti biji-bijian untuk berhitung sambil mengucap rasa syukur atau dengan konteks sedekah.
Latih Kemandirian. Letakkan alat belajar di rak rendah sehingga anak bisa memilih aktivitas sendiri dan belajar mengambil keputusan.
Ciptakan Suasana Menyenangkan. Gunakan permainan peran untuk mempraktikkan adab, menyanyikan lagu-lagu doa, atau membuat kerajinan bertema Islami seperti kaligrafi sederhana. Lingkungan yang menyenangkan akan mendorong motivasi belajar dan partisipasi aktif anak.
Kuncinya adalah konsistensi. Luangkan waktu 10–15 menit setiap hari. Rutinitas kecil seperti ini akan membentuk kebiasaan positif, dari membaca doa hingga mengenal huruf hijaiyah (Nurhayati & Fauziah, 2022). Dengan pendekatan bertahap, konsisten, dan menyenangkan, metode ini membantu anak tumbuh menjadi pribadi mandiri yang mencintai belajar sekaligus dekat dengan Allah (Susanto, et. al. 2021).
Dampak bagi SDGs dan Masa Depan Anak
Langkah kecil ini ternyata berkontribusi besar pada pencapaian SDGs, khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat). Anak-anak tidak hanya menguasai literasi dan numerasi, tetapi juga belajar kerja sama, empati, dan resolusi konflik secara damai (Hidayati et al., 2023). Dengan membentuk karakter sejak dini, kita sedang menyiapkan generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap menjadi pionir-pionir generasi emas di masa depan.
Testimoni dari Kelas ABCD
Semua penjelasan di atas tidak hanya didiamkan menjadi tulisan semata, tetapi juga dipraktikkan oleh penulis melalui program “Kelas ABCD: Asah, Bangun, Cipta, Daya”. Program tersebut dibuat untuk mengatasi permasalahan karakter sosial murid TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Hasilnya, pengajar TPA mengatakan bahwa kini murid TPA tidak lagi membatasi pertemanannya, mengurangi stigma terhadap kelompok lain, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam mengontrol diri dan menghargai orang yang sedang berbicara. Ayah Bunda, yuk ciptakan Kelas ABCD-Kelas ABCD yang lain!