Mohon tunggu...
anwar muhammad
anwar muhammad Mohon Tunggu... -

kebenaran hanya datang dari Pemiliknya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Malam Pertama Kader PKS

19 Maret 2013   01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:32 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau sekarang sudah meraih gelar Ph.D. dari Universiti Putra Malaysia setelah hampir 5 tahun berjuang. Saya tidak mendapatkan jawaban yang pasti, mengapa beliau memilih UPM padahal 2 gelar masternya diperoleh di Inggris & Denmark. Jawaban yg paling masuk akal mungkin, hanyalah faktor keluarga (berpisah jauh dan agak lama dari anak dan isteri). Kalau kita berbincang dengan beliau meski sejenak, rasanya gelar doktor itu amat pantas disematkan untuknya. Pikiran-pikirannya logis, kompleks, tapi diungkapkan dalam bahasa sederhana. Perilaku dan bawaan beliau juga sangat simpel, sehingga saya amat menyenangi beliau bahkan disaat baru 2-3 hari tinggal serumah. Menurut seorang professor di Jogja, orang yang berpikir kompleks, cenderung bertutur & berperilaku sederhana. Begitupun sebaliknya, orang yg berpikir simpel, cenderung bertutur & berperilaku rumit, susah dimengerti. Inilah yang saya temui pada sosok Haji Afdhal, lebih tua dari saya, meski masih tergolong muda dan enerjik, orang Minang Asli (MA), hehe.

Dalam kacamata pengalaman saya (awal jumpa ditahun 2008), Haji Afdhal memiliki banyak potensi dan terbilang hanif (mudah menerima kebenaran ilahiyah). Tidak hanya gelar master atau hajinya, akan tetapi keluwesan dan kemampuan persuasinya merupakan modal utama seorang da'i (baca: kader). Inilah yg menggerakkan hati saya untuk lebih intens menempelnya semenjak beberapa hari mengenal beliau. Benar saja, begitu saya menawarkan untuk mengikuti kajian Islam mingguan bersama rekan-rekan mahasiswa UPM yg lain, beliau langsung setuju dan bersemangat. Selanjutnya anda tahu, beliaupun ikut pengajian rutin bersama Ustadz Syafril, alumni Gontor, juga mahasiswa program doktoral UPM.

Sejak itulah, beberapa kejadian unik sering saya dapati dalam diri dan bersama beliau. Suatu ketika, saya mengajak housemate dibilangan tasik Serdang belakang mesjid raya UPM, untuk puasa sunat bersama. Nah, sesaat sebelum berbuka, tiba-tiba beliau berucap, "Anwar, terima kasih ya". Lalu saya bertanya, "Kenapa Pak Haji, kok terima kasih". "Ini pertama kalinya saya puasa sunat dalam usia saya sudah sebegini", jawab beliau sambil sedikit termenung. Lantas saya menyentakkan dalam selang delai berpikir beliau, "Ha ha ha, biasalah Pak Haji, dari pada tidak memulai sama sekali, mending terlambat". "Betul juga, ha ha ha", tutur beliau lagi.

Ada lagi yg cukup unik setidaknya dalam teropong paham saya. [Maaf nih Pak Haji ya] Waktu beliau baca Qur'an setelah menunaikan shalat Maghrib. Dalam alam pikiran saya, kok sudah haji tapi baca Qur'annya terbata-bata. Tak disangka, beliau malah bertanya kepada saya. "Anwar, kalau baca Qur'annya gak lancar apa kita berdosa. Saya kan sudah lama gak baca Qur'an,, yaaa jadinya kayak gini", ungkap beliau. Sambil tersenyum kecil, saya menjawab. "Pak Haji, bapak mendapat kebaikan 2 kali lipat dari saya, pertama karena baca Qur'an, kedua karena usaha memperbaiki bacaan Qur'an", jawab saya sekenanya. "Oh, gitu ya,, hehe, terima kasih encik Nua", ucapnya sambil tersenyum.

Pada ketika yang lain, beliau menangis pasca shalat malam bersama di mesjid kampong dekat rumah Ustadz Syafril. Tentu saja karena memperhatikannya, lantas saya pun menyapa. "Ada apa Pak Haji, tumben nangis", kata saya menyelidik. "Hmmmm, ternyata banyak sekali ibadah-ibadah sunat yg belum saya laksanakan, termasuk shalat malam ini. Tenteram sekali rasanya, syahdu, hati saya serasa luluh, maibo (bhs. Minang, gak ada bhs. Indonesianya, hehe). Itu yg membuat saya menangis", tuturnya. "Saya pikir, ibadah itu yg rukun Islam saja dan semuanya sudah saya tunaikan", sambung beliau. [Saya juga larut, ikut bermenung hingga kumandang adzan subuh menyapa].

Dalam catatan hati saya, Pak Haji Afdhal, terhitung beliau bergabung dalam lingkaran Ustadz Syafril, semangat ibadahnya seperti orang balas dendam. Shalat berjama'ah tidak pernah tertinggal (kecuali beliau sedang di Lab), baca Qur'an lepas maghrib dan subuh, puasa sunat, shalat malam, saling mengunjungi, pengajian rutin versi PPI UPM, dll. Secara pribadi, saya amat berbahagia, terlebih setelah mendengar kabar bahwa beliau sudah viva (kompre) dan dinyatakan lulus. Selamat Pak Haji, moga istiqomah, jangan lupa memaafkan dosa-dosa saya selama kita tinggal bersama. Sukses selalu.


Wallahu a'lam bis-shawwab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun