Mohon tunggu...
Nanik Tri Winarsih
Nanik Tri Winarsih Mohon Tunggu...

simple | available

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

11 November 1999, Pukul 19.00

20 Agustus 2013   12:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

“Pukul berapa ?”

Ketika saya bertanya kepada kawan saya,”Pukul berapa rapat dimulai ?”. Seketika kawan saya tertawa dan membalas dengan bercanda, “Kita mengadakan rapat bukan pukul-pukulan.” Dalam keseharian sering terjadi pemakaian yang tidak tepat untuk kata “jam” dan “pukul” tersebut. Kata pukul digunakan untuk menunjukan ‘waktu atau saat‘, sedangkan kata jam menununjukan makna ‘masa atau jangka waktu’ juga berarti ‘benda penunjuk waktu’ atau ‘arloji’.

Jadi pertanyaan saya untuk waktu atau saat diadakannya rapat sudah benar adanya, kecuali saya menanyakan berapa lama waktu rapat tersebut, maka pertanyaan akan menjadi,”Berapa jam rapat tersebut ?”

“WIB ?” sekarang jaman “BBWI”

Penggunaan singkatan WIB yang saya digunakan dikatakan sudah bukan jamannya oleh kawan saya, dalam angan saya apakah sekarang sudah ada perubahan dalam tata bahasa “diterangkan-menerangkan”.

Hasil pengecekan saya ternyata belum ada perubahan pembagian waktu. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1987, wilayah waktu di Indonesia dibagi menjadi tiga yang dikenal dengan singkatan WIB (Waktu Indonesia Barat), Wita (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur).

Jadi saya akan tetap menggunakan WIB, Wita dan WIT.

/f/ dan /v/ bukan /p/

Masih ada lagi perbedaan dalam penulisan bulan, yaitu Bulan Februari dan Bulan November. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak terdapat Pebruari dan Nopember. Tertera dengan jelas :

Februari Feb.ru.a.ri

[n] bulan ke-2  tahun Masehi (28 hari, kecuali pd tahun kabisat 29 hari)

November No.vem.ber
[n] nama bulan ke-11  tahun Masehi (30 hari)

Penggunaan ejaan menjadi Pebruari dan Nopember terjadi karena penggucapkan bunyi – bunyi (fonem) yang masih  asing, yaitu /f/ dan /v/, sehingga diganti dengan bunyi /p/ (Dirgo Sabariyanto - peneliti pada Balai Penelitian Bahasa di Yogyakarta). Jadi mari kita menggunakan Februari dan November.

Sumber :

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa

http://kamusbahasaindonesia.org

http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun