Dan akhirnya, pelajaran tertinggi: ketenangan yang lahir dari kebijaksanaan.
Buddha tidak pernah menjanjikan surga di langit; ia mengajarkan surga yang bisa hadir di hati manusia yang bebas dari kebencian, iri, dan keserakahan.
Ketika batin jernih, setiap detik menjadi suci.
Ketika hati damai, dunia menjadi indah.
Kita tidak perlu menunggu hidup sempurna untuk merasa bahagia; kebahagiaan sejati muncul ketika kita menyadari bahwa segalanya sudah cukup, bahwa apa pun yang datang adalah guru.
Dalam bahasa Gede Prama, ajaran Sang Buddha bukan sekadar teks kuno, melainkan napas kehidupan sehari-hari.
Ketika kita menyapu halaman dengan sadar, kita sedang berlatih mindfulness.
Ketika kita tersenyum kepada orang yang menyakiti kita, kita sedang belajar belas kasih.
Ketika kita memaafkan masa lalu, kita sedang menapaki pencerahan.
Dan ketika kita duduk dalam diam, mendengar suara angin dan burung, kita sedang kembali pada rumah sejati --- rumah kesadaran yang hening dan penuh cahaya.
Maka, biarlah kita menjalani hari-hari dengan hati yang lembut seperti daun, mata yang teduh seperti embun, dan langkah yang sadar seperti Sang Buddha.
Karena di setiap napas yang kita sadari, di sanalah Sang Pencerahan sesungguhnya sedang berdiam. Â Rahayu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI