Dasar punarbawa terletak pada hukum karma dan ajaran tentang perjalanan roh dalam tradisi Hindu. Karma, sebagai hukum sebab-akibat universal, menentukan bagaimana kualitas perbuatan di kehidupan sekarang akan memengaruhi kelahiran berikutnya. Jika seseorang menanam kebajikan, ia akan terlahir di alam yang lebih baik; sebaliknya, perbuatan buruk akan membawa pada kelahiran penuh penderitaan. Punarbawa juga berakar pada pandangan bahwa atman (roh) adalah abadi, ia meninggalkan tubuh fisik saat kematian untuk mencari wadah baru sesuai karmanya. Dengan demikian, punarbawa menegaskan bahwa hidup adalah rangkaian belajar yang berkesinambungan menuju moksa.
Sebab, penjelmaan sebagai manusia mengalami siklus yang panjang, karena erat kaitannya dengan konsep *punarbawa*---kelahiran berulang-ulang yang tak pernah selesai hanya dalam satu tarikan napas kehidupan. Ibarat sungai yang tak pernah berhenti mengalir, perjalanan jiwa menempuh jalan panjang dari mata air kesadaran, melalui jeram penderitaan, hingga bermuara pada samudra kebebasan.
Dalam keheningan subuh di sebuah desa kecil, saya sering duduk di tepi sawah yang berembun. Setiap tetes embun di ujung daun padi menyimpan cerita. Ada yang lahir pagi ini, lalu lenyap ketika matahari meninggi. Ada pula yang jatuh ke tanah, menjadi air yang menyuburkan akar. Dari siklus kecil embun, saya belajar tentang punarbawa. Bahwa kehidupan tidak pernah berhenti pada satu titik, melainkan terus berputar mengikuti hukum semesta.
 Roda Kehidupan yang Berputar
Punarbawa, dalam bahasa sederhana, adalah perjalanan jiwa yang tidak selesai hanya dengan kematian. Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju permulaan baru. Sama seperti matahari yang seakan tenggelam di barat, padahal ia sekadar berpindah cahaya untuk bersinar di tempat lain. Begitu pula jiwa manusia. Ia meninggalkan tubuh yang renta, namun tetap menyala dalam kelahiran berikutnya.
Hidup sebagai manusia adalah anugerah yang mahal. Tidak semua roh mendapatkan kesempatan terlahir sebagai manusia. Ada jiwa yang harus melewati wujud hewan, tumbuhan, bahkan energi halus, sebelum mencapai kesadaran manusia. Itulah sebabnya kitab-kitab bijak sering mengingatkan: jangan sia-siakan kelahiran ini, sebab perjalanan menuju titik ini sangat panjang dan penuh misteri.
Mengapa Kita Lahir Kembali?
Pertanyaan yang sering menggema di hati banyak orang: *Mengapa kita harus lahir berulang-ulang?* Jawabannya sederhana sekaligus dalam: karena masih ada pelajaran yang belum selesai. Kita seperti murid sekolah kehidupan, yang harus mengulang kelas bila belum lulus ujian. Jika masih ada dendam yang membara, kita akan lahir kembali untuk belajar memaafkan. Jika masih ada keserakahan yang menjerat, kita akan lahir kembali untuk belajar melepaskan.
Punarbawa adalah ruang kelas tanpa batas waktu. Tidak ada guru yang marah, tidak ada nilai merah. Yang ada hanyalah kesempatan tanpa henti untuk memperbaiki diri. Semesta begitu sabar menunggu jiwa-jiwa kecil kita tumbuh menjadi cahaya yang bijaksana.
 Jejak Karma