Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Biaya Transportasi, Sebuah Perjalanan Pendek Menuju Kampus

10 Agustus 2025   10:57 Diperbarui: 11 Agustus 2025   10:55 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi; berkendara motor di jalan raya. (Sumber gambar via kompas.com)

Setiap pagi, jarak yang memisahkan rumah dan kampus saya hanya lima belas menit. Tidak jauh. Bahkan, untuk ukuran orang yang tinggal di kota besar, itu nyaris tak bisa disebut perjalanan. 

Sebuah garis singkat di peta, tak lebih panjang dari kelokan kecil di jalan arteri. Tapi dari jarak itulah, setiap hari, saya memulai sesuatu yang terasa seperti babak baru—babak yang diisi oleh aroma bensin, deru mesin, dan pikiran yang pelan-pelan mulai terjaga dari sisa kantuk.

Saya membawa sepeda motor. Bukan karena tidak mampu membawa mobil—sebab urusan “mampu” kadang lebih rumit daripada sekadar isi rekening—tetapi karena saya merasa moda inilah yang paling cocok untuk saya. 

Jadi, dengan sepeda motor, saya bisa bergerak lincah, menghindari macet, dan sampai di kampus dengan tepat waktu. Satu hal yang saya yakini dari hidup: bekerja tepat waktu adalah bentuk penghargaan paling sederhana untuk profesi yang kita jalani.

Bensin saya? Tidak banyak. Dua puluh ribu rupiah cukup untuk empat hari. Sebelum berangkat atau pulang kerja, biasanya saya isi penuh tangki, sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh ribu rupiah. 

Tangki penuh itu seperti janji kecil kepada diri sendiri—janji bahwa besok saya akan sampai lagi di kampus, duduk di ruang ber-AC, membuka laptop, dan kembali menulis. 

Perjalanan ke kampus bukan sekadar urusan pindah tempat, tapi memindahkan diri dari satu keadaan pikiran ke keadaan pikiran yang lain. Dari rumah yang penuh riuh kecil, ke kampus yang penuh dengan kata-kata, bacaan, dan ide.

Di kampus, saya bekerja sebagai dosen. Membaca, menulis, menyusun buku, membuat artikel, dan merancang konten mengajar yang menarik. 

Semua pekerjaan itu membutuhkan konsentrasi—dan saya rasa perjalanan singkat dengan motor itu seperti ritus kecil untuk menyiapkan konsentrasi. 

Ada yang bilang, ide terbaik datang ketika kita berada di tengah perjalanan. Mungkin itu sebabnya, di atas motor, di antara suara angin yang menyelinap lewat helm, saya sering menemukan kalimat pembuka untuk artikel, atau judul yang belum sempat saya pikirkan semalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun