Menulis bukan hanya memindahkan sari bacaan. Menerakan amatan menggenapi kerangka pemikiran. Nah ini amatan singkat saat simbok menunggu di bandara Manado pagi hari. Edukasi peduli Tangkasi merupa pada sediaan cendera mata.
Yuup, cendera mata kenang-kenangan sesuatu yang khas istimewa dari daerah yang dikunjungi. Setidaknya merupa pada wujud boneka, kaos dan batik. Sulawesi Utara menarasikan dan mewartakan peduli primata Tangkasi melalui cendera mata tersebut.
Oleh-oleh boneka apik berwujud Tangkasi. Menjadi media pembelajaran pengenalan oleh orang tua kepada buah hatinya. Bermula dari pengenalan nama. Pembelajar melihat dan menyentuh bentuk. Menyemai peduli melaui cerita dan simulasi wujud.
Cute Tarsius from Manado, demikian tulisan pada T-shirt. Jadilah aksara berjalan. Memantik rasa ingin tahu, apakah Tarsius itu. Apa hubungannya dengan Manado. Proses peduli dimulai dari rasa ingin tahu.
Begitupun dengan peneraan Tangkasi pada sehelai batik yang dipajang. Sulawesi Utara dengan cerdik piawai menggunakan batik sebagai komunikasi visual. Mewartakan fauna dan flora unggulannya kepada khalayak.
Menikmati cendera mata Tangkasi berpotensi meningkatkan kesadaran melindungi fauna identitas Sulawesi Utara ini. Mengulik penasaran berkunjung ke Taman Margasatwa Tandurusa, menyimak kehidupan primata ini di habitatnya. Mendongkrak pariwisata pada kluster yang berdekatan.
Peduli Tangkasi, primata mungil endemi Sulawesi Utara tidak berlangsung melalui jalan tunggal. Merambah dan menggandeng sektor lain menjadi bagian rezeki pengungkit ekonomi kreatif. Setidaknya industri, perdagangan, dan pariwisata.
Mari peduli primata Indonesia.