Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bermain Layangan Berbincang dengan Alam

13 Januari 2022   18:27 Diperbarui: 16 Januari 2022   12:00 2831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelusuran lanjut menunjukkan layangan daun gadung adalah layangan tertua. Layang-layang tradisional disebut kaghati dibuat dari daun gadung atau kolope, disatukan dengan sematan lidi. Inilah budaya luhur masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara. Didukung oleh bukti arkeologi yang kuat.

Penggambaran layang-layang daun pada dinding goa di Sulawesi ditengarai tahun 9000an SM. Melampaui dokumen catatan layang-layang di Tiongkok 2500 tahun SM. Penanda layangan bersifat global.

Kini melihat gadung dari perspektif sumber pangan karbohidrat. Diperlukan keterampilan mengolahnya agar alkaloid dioskorina pada umbi, racun penyebab pusing-pusing hingga mabuk dapat dinetralkan.

Umbi gadung dan kerabatnya kaya glikoprotein dan polisakarida bersifat hidrokoloid. Mampu menekan kadar glukosa darah maupun kolesterol total. Kandungan zat yang membuat mabuk sering dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati.

Nah kembali kepada layangan. Bermain layang-layang saatnya berbincang dengan ibu bumi. Bumi dengan segala kemurahannya menopang kehidupan.

Bermain Layangan Berbincang dengan Bapa Angkasa

Layangan sudah siap, kini saatnya menerbangkannya. Bapak mengajak ke tanah lapang atau tepian sawah di musim kemarau. Saatnya sawah diberakan diistirahatkan sejenak.

Mari kita undang angin. Lirik tembang sederhana diajarkannya.

Cempe..cempe... Undangna barat gedhe... Tak upahi duduh tape... Yen kurang njupuka dhewe...  Cempe, panggilkan angin besar. Kuupah air tape. Kalau kurang ambil sendiri.

Lirik dengan guru lagu e. Tak sempat merunut alasan logis. Apa hubungan antara cempe (anak kambing) dengan angin. Loh memangnya cempe doyan air tape hehe...

Bagian ini yang sangat berkesan. Bocah cilik mendapat kepercayaan memegang helaian layangan. Methek layangan, kami menyebutnya. Dipegang dengan tegap tidak bering agar seimbang. Teman main akan mengulur benang dengan tegangan yang pas seraya menanti ketepatan angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun