Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Seni Berkebun: "Vertical Garden" Antara Gaya dan Pola Hidup

25 Februari 2020   23:28 Diperbarui: 26 Februari 2020   17:25 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vertical garden efisien lahan ramah lingkungan (dok pri)

Pada umumnya kita bercocok tanam di permukaan tanah secara mendatar. Mengingat keterbatasan lahan, terutama di pekarangan sekitar rumah, mari mencoba bertanam secara vertikal. Jadilah semacam kebun tegak, bertanam tegak dengan istilah vertical garden, green wall, living wall dan semacamnya.

Belakangan ini sangat marak keberadaan taman vertikal. Aneka gaya dengan ragam kompleksitas instalasi. Rasanya setiap kota memilikinya. Dari yang sederhana hingga sangat wah.

Amatan lebih lanjut adalah, mengapa keberlanjutan sistem tersebut sangat singkat. Instalasi yang lumayan mahal menjadi mangkrak. Apakah pola tanam tegak ini menyentuh pola atau gaya hidup?

Vertical Garden, Antara Gaya dan Pola Hidup

Gaya hidup merujuk pada kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Gaya hidup dipengaruhi oleh lingkungan pun dukungan sekitar.

Sedangkan pola hidup berkaitan dengan cara berperilaku sehari-hari. Suatu nilai yang terinternalisasi dalam diri seseorang. Menjadi suatu kebiasaan.

Nah kembali kepada topik vertical garden di atas. Selama pendekatan seni bertanam ini menjadi gaya hidup, akan mudah ditinggalkan. Suatu anjuran untuk keindahan lokasi, dibangun dengan suatu tujuan tertentu.

Tidak dipungkiri vertical garden memiliki tujuan luas dan bagus. Efisiensi penggunaan lahan, ikut menjaga kualitas udara. Menyaring polusi, menahan panas.

Secara teknis membutuhkan rancangan yang tepat. Pemahaman akan interaksi media tumbuh, tanaman dan lingkungan. Memerlukan tingkat pemeliharaan tertentu.

Selama nilai tentang vertical garden tersebut belum terinternalisasi, jadilah semacam gaya hidup. Trend sesaat, dilakukan agar tidak terlalu ketinggalan atau beda dengan yang lain.

Tanaman kering tidak terpelihara. Kurang indah dipandang. Hingga menyurutkan semangat pemeliharanya. Hingga tak mustahil bila instalasi vertical garden menjadi mangkrak.

Diperlukan edukasi dan pendampingan untuk pelaku budidaya atau bertanam secara vertikal. Dapat diawali dalam lingkup kecil yang bila dilakukan secara masif tetap berdampak. Utamanya adalah menyemaikannya menjadi pola hidup.

Tentunya sangat diperlukan adaptasi dan modifikasi dengan aspek kelokalan. Sesuatu yang ditopang oleh sumber daya lokal baik material maupun partisipasi masyarakat setempat akan menjadi berkelanjutan.

Belajar vertical garden bersama PKK

Salah satu pendekatan sederhana adalah melalui pelaku pengelola pekarangan yang notabene ibu-ibu. Menggunakan wadah organisasi  yang paling mungil semisal dasawisma ataupun PKK. Memulai langkah dengan menggandeng penggerak PKK.

Tim penggerak PKK dan tim kebun berkolaborasi (dok pri)
Tim penggerak PKK dan tim kebun berkolaborasi (dok pri)
Edukasi dengan cara yang sederhana, bersama berlatih bertanam secara vertikal. Menggunakan material yang mudah didapat. Bahkan berpotensi mendayagunakan limbah barang bekas.

Selada dalam pot dikaitkan ke pagar kawat (adopsi bertanam vertikal) (dok pri)
Selada dalam pot dikaitkan ke pagar kawat (adopsi bertanam vertikal) (dok pri)
Begitupun tanaman yang dibudidayakan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan ibu-ibu. Semisal keperluan dapur, sayuran dan bumbu. Atau tanaman hias, perempuan mana yang tidak suka dengan tanaman hias. Bisa juga dipilih tanaman obat.

Variasi wall garden sederhana (dok pri)
Variasi wall garden sederhana (dok pri)
Rakitan teknologi juga disesuaikan. Mengulik rasa cinta bertanam. Pendampingan sehingga cara ini bukan hanya sekedar gaya, namun berangsur menjadi pola hidup. Kebiasaan menggunakan pekarangan terbatas secara kreatif dan efisien.

Sayur dan tanaman hias dalam sistem bertanam tegak wadah geotekstil (dok pri)
Sayur dan tanaman hias dalam sistem bertanam tegak wadah geotekstil (dok pri)
Pastinya tidak akan dibahas vertical garden model Green faade maupun living wall. Dipilih cara sederhana semisal pot yang disusun dari atas ke bawah. Penggunaan paralon maupun bambu sebagai bidang tanam. Disusun mendatar dan bertingkat.

Berikut adalah contoh edukasi melalui pelatihan bertanam vertikal kepada ibu-ibu PKK di Kota Salatiga. Peserta dihadirkan di kebun. Disajikan aneka contoh model vertical garden sederhana. Tanaman maupun bahan mudah didapat.

Ibu-ibu PKK menyimak dan praktik vertical garden sederhana (dok pri)
Ibu-ibu PKK menyimak dan praktik vertical garden sederhana (dok pri)
Dari proses melihat, tertarik mendengarkan penjelasan. Ikut berpartisipasi mencoba melakukan. Menjadi kesukaan saat hasil latihan dibawa pulang.

Proses amati, tiru dan modifikasi diterapkan. Bisa diubah sesuai dengan karakter pekarangan dan dan keluarga. Mau model gantung, kaitkan di pagar hingga merakit instalasi yang spesifik.

Pola bertanam di pekarangan terbatas warga kampung Proklim Togaten (dok pri)
Pola bertanam di pekarangan terbatas warga kampung Proklim Togaten (dok pri)
Salah satu contoh kelompok yang sudah menerapkan dan menjadikan vertical garden sebagai pola hidup pertanam adalah kelompok warga Togaten. Kelompok yang menjadi pioner kampung proklim. Pro memelihara iklim, menyikapi perubahan iklim secara aktif.

Kampung percontohan proklim Togaten (dok pri)
Kampung percontohan proklim Togaten (dok pri)
Bertanam vertikal sebagai pola kebiasaan memanfaatkan pekarangan terbatas secara efisien dan kreatif. Tindakan kecil yang dimulai melalui gerakan PKK menjadi berarti bila berkelanjutan. Vertical garden menjadi gaya hidup yang diwujudnyatakan dengan pola hidup berkebun. 

Salam lingkungan hijau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun