Bertempat di Gedung Serba Guna SMA N 2 Salatiga, hari ini Selasa Legi 1 Mei 2018, kembali Permadani Kota Salatiga mempersembahkan lulusannya untuk berkiprah nyata di masyarakat. PERMADANI, Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia secara organisasi tertata mulai DPP Pusat yang berada di Semarang, tingkat Provinsi dan Dewan Pengurus Daerah untuk tingkat Kabupaten/Kota. Sebanyak 34 lulusan yang hari ini diwisuda purna wiyata (akhir pendidikan) pawiyatan pranatacara-pamedhar sabda (kursus/pelatihan penata acara/MC dan pidato maupun sambutan) angkatan ke 12.
Pengurus PERMADANI Pusat, Jateng dan DPD Kota Salatiga (dok pri)
Hadir memberikan restu dan mewisuda pengurus Permadani pusat, tingkat provinsi dan pimpinan Kota Salatiga beserta jajaran yang terkait. Bapa R. Soeparno, PA selaku pangarsa (ketua) DPD Permadani Kota Salatiga melaporkan bahwa para siswa yang hari ini siap diwisuda, selama 4 bulan tekun belajar dan berlatih praktek mengenai materi pranata cara dan hamedhar sabda.
Diperdalam juga ilmu lain semisal kapermadanen (kepermadanian), kebudayaan sarana pemersatu bangsa, ngedi busana ngadi salira (olah ketrampilan dalam tata rias wajah dan berbusana), menulis dengan aksara Jawa, dan sekar gendhing. Karena berada di Kota Salatiga tentunya semuanya bernuansa muatan lokal budaya Jawa.
Pasugatan Tari serimpi (dok pri)
Sebagai pembuka disuguhkan tari serimpi yang dibawakan oleh 4 gadis dari sanggar tari asuhan salah seorang pengurus Permadani DPD Salatiga. Serimpi sering juga ditulis srimpi adalah
repertoar tari Jawa klasik yang lazim dipentaskan oleh istana di Jawa Tengah dan DIY. Gerakan gemulai empat penari menggambarkan kehalusan budi, kesopanan serta kelemahlembutan dalam kehidupan sosial. Keempat penari juga melambangkan empat arah penjuru mata angin Timur, Selatan, Barat, Utara semua kelemahlembutan sebagai upaya penyatu semesta.
Apakah kelembahlembutan keempat penari melambangkan selalu hidup seirama? Tetiba dipanggung terbentuk dua kubu saling bertentangan, gerakan lemah lembut berubah lebih trengginas dengan tema perang. Peperangan dalam tari serimpi merupakan simbol pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Dengan sigap keempat penari saling mencabut pistol yang semula tersimpan rapi di pinggang. Kanjeng Sri Sultan Hamengkubuwana VII pada abad ke 19 menginisiasi penggunaan pistol sebagai senjata dalam perang tari serimpi, uniknya pistol ditembakkan ke arah bawah. Setiap pihak memiliki senjata kekuatan, mari tidak saling melukai.
Karawitan oleh Keluarga Permadani Kota Salatiga (dok pri)
Selama acara wisuda diiringi karawitan secara langsung oleh para pangrawit anggota Permadani Salatiga. Keterlibatan anggota Permadani dalam karawitan di wilayah tempat tinggal ataupun kedinasan masing-masing sudah jamak, namun untuk mendukung wisuda ini, para pangrawit guyub dalam satu tim Permadani. Wujud nyata kecintaan memelihara budaya.
Prosesi Kirab wisudan Permadani bregada XII Salatiga (dok pri)
Pergerakan calon winisuda ke panggung melalui prosesi kirab. Prosesi kirab diawali oleh dua pembawa pataka yaitu lambang Permadani dan lambang Kota Salatiga, sebagai simbol setiap kiprah anggota permadani berkiblat pada nilai luhur permadani dan kota Salatiga. Diiringi oleh penari serimpi yang membawa patisara (ijazah) dan samir permadani.
Prosesi Kirab wisudan Permadani bregada XII Kota Salatiga (dok pri)
Mendeklarasikan tekadnya untuk bersama nguri-uri kabudayan luhur, para winisuda pawiyatan angkatan 12 ini mempersembahkan
panembrama. Dirakit dalam bawa Citrarini, lampah 13 pedhotan 5-8; katampen panembrama, Ldr. Sri Widodo Pl. Br. Kejernihan bawa dipadu kekompakan tembang yang sejatinya adalah wangsalan kebangsaan. Wangsalan memuat nasihat yang tersamar apalagi pada wangsalan memet dalam panembrama ini. Paparan
wangsalan sebagai wujud kearifan lokal saya tautkan pada postingan di blog pribadi saya yang lain, siapa tahu pembaca kompasiana berkenan merunutnya.
Wangsalan memet Kebangsaan (dok pri)
 Selamat kepada para winisuda, anggota permadani Kota Salatiga angkatan 12. Ladang pelayanan telah menanti kiprah ibu, bapak dan saudara. Asal daerah dari Kota Salatiga hingga kecamatan sekitar, keragaman pekerjaan akan memperluar jangkauan kiprah. Keragaman usia peserta kursus mengindikasikan bahwa generasi muda siap meneruskan budaya dan mengkontekstualisasikan budaya sesuai dengan zamannya.
Kehidupan sosial keseharian mulai dari tingkat paling kecil hingga kedinasan membutuhkan ketrampilan pranata cara dan pamedhar sabda. Selamat kepada pengurus permadani Kota Salatiga, masyarakat tak henti menanti kiprah. Dirgahayu Permadani Kota Salatiga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Humaniora Selengkapnya