Mahasiswa calon guru menggandeng masyarakat pesisir Pantai Samas melalui lokakarya DISAKA (Dimsum Ikan Cakalang) sebagai pengembangan ekonomi masyarakat setempat.
Jumat (25/4/2025) para mahasiswa PPG (Program Profesi Guru) UST melakukan pelatihan pembuatan dimsum ikan cakalang sebagai lokakarya inovasi pengembangan perekonomian masyarakat pesisir Pantai Samas. Pelatihan ini dilakukan di Dusun Tegalrejo, Srigading, Sanden, Bantul dengan peserta meliputi ibu-ibu PKK dan warga sekitar yang berjumlah 20 orang. Pada aktivitas ini, mahasiswa calon guru yang dikenal dengan anak PPG bukan hanya mengemban tugas sebagai pendidik yang menyampaikan materi pembelajaran di sekolah saja. Mahasiswa ini juga mengimplementasikan bakti mahasiswa pada masyarakat, dengan turut mengangkat kearifan lokal beserta sumber daya yang ada untuk dikembangkan potensinya bagi masyarakat setempat. Salah satu wujud bakti ini, yakni pengembangan perekonomian masyarakat pesisir Pantai Samas, melalui pelatihan pembuatan dimsum ikan cakalang.
Ikan Cakalang merupakan salah satu komoditi utama di wilayah pesisir Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul. Komoditi ini menjadi sumber penghasil bahan pangan dan perekonomian masyarakat sekitar. Ikan ini dihasilkan di lautan Samudera Hindia, yang menjadi bagian dari destinasi wisata yang elok, yaitu Pantai Samas. Olahan hasil dari ikan ini telah dikenal di sepanjang deretan pantai selatan lainnya di wilayah Sanden, Bantul dengan wisata kuliner seafood ikan cakalang goreng, bakar, asam pedas, dan saus tiram, yang legendaris dari masa ke masa. Melihat adanya potensi tersebut, Mahasiswa PPG Calon Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) menginisiasi sebuah pelatihan pembuatan Dimsum Ikan Cakalang (DISAKA) dengan sasaran peserta meliputi ibu-ibu PKK Dusun Tegalrejo dan masyarakat sekitar, dengan tujuan menjadi inovasi pengembangan perekonomian masyarakat setempat.
Inovasi ini didasarkan dari analisa SWOT sumber daya ikan cakalang yang melimpah serta letak geografis yang mendukung pariwisata. Dari sisi Strengths (kekuatan), Pantai Samas memiliki potensi hasil tangkapan ikan cakalang yang melimpah dan segar, serta ketersediaan tenaga kerja lokal yang siap dilatih. Selain itu, masyarakat setempat memiliki kedekatan budaya dengan laut, sehingga mudah beradaptasi dengan usaha berbasis hasil perikanan. Pada aspek Weaknesses (kelemahan), masih terbatasnya keterampilan pengolahan hasil laut menjadi produk bernilai tambah serta kurangnya akses pasar modern menjadi tantangan utama. Melihat permasalahan tersebut, pelatihan ini berperan penting sebagai solusi peningkatan kapasitas. Dari sisi Opportunities (peluang), letak geografis Pantai Samas yang mendukung sektor pariwisata dengan hadirnya ekopariwisata dan Angkringan Riverside Laguna Pengklik menjadi peluang strategis untuk memperkenalkan dan memasarkan dimsum ikan cakalang sebagai kuliner khas lokal. Produk ini berpotensi menjadi oleh-oleh wisata yang unik sekaligus menarik minat wisatawan. Sementara itu, dari aspek Threats (ancaman), fluktuasi harga ikan dan potensi penurunan kualitas lingkungan laut akibat eksploitasi berlebihan menjadi hal yang perlu diantisipasi melalui pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan diversifikasi produk olahan. Dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, serta mengatasi kelemahan dan ancaman secara tepat, program pelatihan ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi lokal dan menjadikan Pantai Samas sebagai kawasan pesisir yang produktif, inovatif, dan berdaya saing.
Di sisi lain, saat ini dimsum menjadi kuliner yang diminati oleh banyak kalangan. Dari yang muda hingga dewasa, dimsum menjadi makanan yang dipertimbangkan untuk dijadikan camilan saat kumpul bersama. Alasan dimsum banyak digandrungi oleh masyarakat, karena makanan tersebut terbuat dari olahan daging ayam yang hampir dapat dimakan oleh semua orang dan dagingnya mudah untuk dicari di pasaran. Umumnya, dimsum akan dibuat dengan daging ayam yang dihaluskan. Beberapa pedagang ada yang menambahkannya dengan udang dan dicampur oleh beberapa bahan lainnya lalu dibungkus dengan kulit pangsit khusus. Akan tetapi, kami mahasiswa PPG Calon Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Universitar Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) mengusulkan sebuah ide untuk membuat dimsum yang sedikit berbeda dengan mencampurkan daging ayam dan daging ikan cakalang. Hal tersebut kami lakukan agar ikan cakalang yang menjadi bahan pangan yang melimpah di daerah pesisir pantai selatan khususnya di daerah Sanden, Bantul dapat dimanfaatkan dengan cara yang inovatif, tidak hanya sekedar digoreng atau dibakar saja dan sesuai dengan analisis SWOT potensi sumber daya setempat.
Kegiatan ini dikemas dalam bentuk lokakarya pelatihan yang bertajuk “Pengembangan Ekonomi Masyarakat Dusun Tegalrejo melalui Pembuatan ‘DISAKA’ Dimsum Ikan Cakalang”. Pelatihan ini bertujuan untuk mengimplementasikan peran mahasiswa PPG UST dalam mengimplementasikan ajaran Tri-Hayu, yang meliputi memayu hayuning saliro, memayu hayuning manungsa, memayu hayuning bangsa. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah hasil laut, khususnya ikan Cakalang, menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis tinggi. Dimsum Ikan Cakalang juga dipilih sebagai inovasi kuliner yang mudah diproduksi untuk kebutuhan personal yang dinilai bergizi tinggi maupun usaha rumahan yang memiliki potensi pasar yang luas.
Selama pelatihan berlangsung, para peserta tidak hanya menerima materi secara teori, tetapi juga langsung mempraktikan pembuatan dimsum secara berkelompok. Pelatihan dilakukan mulai dari proses pengolahan ikan, pembuatan adonan, hingga praktik membentuk dimsum yang baik dilakukan secara langsung oleh para peserta dengan bimbingan dari narasumber. Adapun hasil Dimsum Ikan Cakalang yang diproduksi dari pelatihan ini, berupa produk siap saji dalam bentuk kukus dan goreng. Pemanfaatan dari pelatihan ini, dilanjutkan dengan memperkenalkan peserta pada teknik frozen food sebagai salah satu terobosan baru ragam oleh-oleh khas dari Dusun Tegalrejo. Melalui teknik ini, diharapkan Dimsum Ikan Cakalang (DISAKA), menjadi terobosan baru ‘oleh-oleh lokal’ dalam pengembangan perekonomian masyarakat setempat.
Diketahui dari pelatihan pembuatan DISAKA ini, mahasiswa telah turut mengimplementasikan mata kuliah Projek Kepemimpinan dalam mendorong pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal. Kegiatan pelatihan pembuatan Dimsum Ikan Cakalang (DISAKA) yang digagas oleh mahasiswa PPG UST merupakan wujud nyata kontribusi pendidikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Melalui pendekatan edukatif yang memadukan kearifan lokal dan potensi sumber daya alam, program ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis kepada warga, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang inovatif. Ikan cakalang yang selama ini hanya diolah secara tradisional, kini diangkat menjadi produk kuliner bernilai tambah yang potensial sebagai oleh-oleh khas daerah. Pelatihan ini juga menjadi implementasi nilai-nilai Tri-Hayu, yang mencerminkan peran calon guru dalam memayu hayuning saliro (memperbaiki diri), memayu hayuning manungsa (membantu sesama), dan memayu hayuning bangsa (membangun bangsa). Selain memberikan bekal keterampilan, pelatihan ini juga memperkenalkan teknik pengawetan makanan beku (frozen food), yang dapat memperluas jangkauan pasar DISAKA. Diharapkan, inovasi ini menjadi langkah awal dalam memperkuat ekonomi lokal, membangun jiwa kewirausahaan masyarakat, serta menjadikan Dusun Tegalrejo sebagai pelopor kuliner olahan ikan cakalang di kawasan pesisir. Mahasiswa PPG UST pun membuktikan bahwa peran guru masa depan tidak hanya terbatas di kelas, tetapi juga hadir dan berdampak nyata di tengah masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI