Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tatkala Laksamana Cheng Ho Berdakwah di Nusantara

11 Mei 2023   05:00 Diperbarui: 11 Mei 2023   05:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sam Poo Kong, Semarang (Sumber: dokpri)

Siapa sangka, bahwa seorang Laksamana Besar China dari masa Dinasti Ming adalah seorang muslim. Memiliki nama asli Ma He, atau Ma Sanbao, dengan nama kebesaran Cheng Ho atau Zheng He. Laksamana Cheng Ho diketahui lahir di Desa Kemnyan, Kunming, Yunan, China tahun 1371. Pada masa kejayaannya, nama beliau tercatat sebagai salah seorang pelopor ekspedisi China ke Nusantara.

Sebagai seorang kasim dari Kaisar Yongle, Cheng Ho sangat dipercaya dalam urusan diplomatik oleh Kekaisaran. Layaknya tugas seorang Menteri Luar Negeri, dengan berbagai urusan diplomasi yang membawa misi perdamaian. Seperti berita yang ditulis oleh sebuah laman berita China, Life of Guangzhou, secara detail menjelaskan bahwa Cheng Ho beragama Islam.

Hal ini dikarenakan suku Hui kala itu, identifikasi dari silsilah Cheng Ho, sudah banyak yang memeluk agama Islam. Sebagai seorang Laksamana Besar yang hidup selama tiga periode Kekaisaran, Cheng Ho telah menjalin banyak hubungan internasional. Seperti ke Vietnam, India, Taiwan, Malaka, Persia, Arab, Afrika, dan tentu saja wilayah Nusantara.

Nusantara kala itu tengah memasuki masa peralihan Hindu/Budha ke Islam. Maka disebutkan, bahwa Cheng Ho ketika lawatannya ke Nusantara, telah melakukan diplomasi dengan Kesultanan Samudera Pasai dan Kerajaan Majapahit. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Kong Yuanzi, dalam buku "Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara", terbitan tahun 2011.

Masih pada buku yang sama, disebutkan pula bahwa ekspedisi Cheng Ho ke Nusantara tidak sekedar urusan diplomasi, melainkan juga dakwah, dengan pendekatan politik dan ekonomi. Nah, pendekatan kerjasama politik dan ekonomi ini dapat diketahui dengan keterlibatan saudagar/ulama Arab dalam ekspedisi ketiganya, bernama Syekh Qurotul Ain, yang bernasab dengan Sayyidina Husein.


Maka tidak mengherankan jika ada yang menyebutkan bahwa ekspedisi Cheng Ho adalah bagian dari misi dakwah Islam di Nusantara. Laksamana Cheng Ho diketahui telah mengunjungi wilayah Nusantara sebanyak tujuh kali ekspedisi. Dengan membawa sekitar 307 armada laut bersama 27.000 anak buah kapal.

Suatu armada yang sangat besar pada masa itu, serta membawa logistika yang dipersiapkannya dari China dan ketika berlabuh. Inilah yang menjadi unik, karena diketahui pasukan Laksamana Cheng Ho tidak pernah berbuat kerusakan bahkan penjajahan terhadap wilayah yang disinggahinya. Pasukannya diketahui pula lebih terbuka dalam hal pertukaran budaya.

Nah, dari kegemaran para pasukan Cheng Ho dalam hal inilah, mereka diketahui sempat mempelajari ilmu beladiri lokal India. Seni beladiri India yang dikenal dengan nama Kallary Payatt kemudian diadopsi sebagai salah satu cabang beladiri Kungfu di China. Tak luput dengan budaya Nusantara dengan beladiri silatnya.

Bahkan ketika bertemu dengan Sultan Samudera Pasai, Laksamana Cheng Ho menghadiahi sebuah lonceng bernama Cakra Donya sebagai tanda persahabatan. Lonceng tersebut dibawah oleh Sultan Ali Mughayat Syah ke Kesultanan Aceh, sebagai bentuk apresiasi bagi Kaisar China atas ekspedisi diplomatisnya.

Selama lawatannya di Sumatera, armada besar Cheng Ho memang dikenal baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat lokal. Disini sebenarnya dakwah Islam diperkenalkan lebih jauh kepada seluruh masyarakat di pesisir utara Sumatera. Bahwa dakwah Islam tidak hanya berasal dari Arab, melainkan pula dari China, melalui aksi diplomasi Cheng Ho.

Bahkan Raja Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit pun dibuat kagum dengan kebaikan pasukan Cheng Ho. Anggapan bahwa armada perang China adalah para penakluk, tidak lagi terbayangkan dengan bukti jalinan persahabatan. Bahkan pasukan Cheng Ho membantu Majapahit untuk menyelesaikan Perang Regreg, ketika menghadapi pasukan dari Bhre Wirabhumi.

Hingga menyebabkan sekitar 170 anak buah Cheng Ho gugur dalam pertempuran. Kompensasi sebesar 60.000 tahih bagi pasukan Kaisar China yang gugur, baru bisa dibayar sebesar 10.000 tahil, dimana sisanya kemudian dianggap lunas sebagai upaya diplomasi berkelanjutan. Inilah yang membuat Laksamana Cheng Ho dikenal sebagai diplomat ulung.

Di Provinsi Jiangsu, di pusat kota Nanjing berdiri megah sebuah masjid peninggalan Cheng Ho. Masjid yang didirikan pada tahun 1388 ini direstui oleh Kaisar Zhu Yuanzhang. Namun pernah hancur terbakar pada tahun 1430, dan langsung dibangun kembali oleh Cheng Ho pada tahun 1492. Hingga kini Masjid Jingjue ini masih dapat dipergunakan untuk beribadah umat Islam China.

Inilah kiranya kisah dari Laksamana Cheng Ho, seorang diplomat sekaligus saudagar serta pendakwah yang pernah menjadi bagian dari sejarah pesebaran Islam di Nusantara. Walau kita lebih familiar dengan Klenteng Cheng Ho, sekiranya hal tersebut dapat dipahami sebagai wujud kebanggaan terhadap misi diplomatis yang positif antara China dengan Indonesia.

Kiranya bukan untuk memberi kisah sejarah yang kontroversial, melainkan memberi pemahaman terhadap kisah sejarah secara faktual sesuai data yang ada. Kearifan dan sikap bijaksana dalam konsep toleransi sejatinya telah dibuktikan oleh Cheng Ho, Lonceng Cakra Donya, kiranya adalah lonceng berbentuk stupa yang identik dengan kebudayaan Budha.

Bahkan konon tradisi Nadran pada masyarakat Cirebon disebut-sebut adalah bukti dakwah Cheng Ho yang mencoba melakukan syi'ar Islam melalui pendekatan akulturasi dari budaya Hindu. Begitupula dengan tradisi Ngunjung, yang selalu dilakukan pada bulan Syuro dan Mulud. Doa bersama dengan mengunjungi makam leluhur, juga disebut sebagai salah satu proses dakwah Cheng Ho.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun