Kala itu, beliau kerap turun di berbagai medan pertempuran. Untuk memulai gerakan "tablig revolusi" yang membuat dirinya bekerja sebagai penghubung antara ulama dengan para pejuang.
Kemudian, Bung Hatta pun menunjuk Hamka untuk menjadi salah seorang pimpinan di Front Pertahanan Nasional, Sumatera Barat. Beliau berjuang bersama Rasuna Said, Khatib Sulaeman, hingga Karim Halim, untuk mengorganisir kekuatan pejuang selama kurun waktu 1947 hingga 1948. Nah, pada tahun 1949, Hamka memutuskan untuk pergi ke Jakarta.
Ketika KH. Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama pada tahun 1950, Hamka diminta untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi Islam. Berbagai tugas kenegaraan pun diamanatkan kepada beliau, seperti kunjungan ke luar negeri (Amerika, Thailand, India, dan Burma).
Bergabungnya Hamka bersama Masyumi sempat membuatnya bersitegang dengan Bung Karno. Beliau menentang keras sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Kala itu, beliau sangat dimusuhi oleh PKI, karena konsistensinya berjuang atas nama Islam di panggung politik.
Bahkan Lekra (organisasi kebudayaan PKI) menuduhnya sebagai plagiator, lantaran novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" hasil karyanya melejit. Pada tahun 1964, Hamka pun ditangkap atas tuduhan melakukan pemberontakan bersama PRRI. Namun, penahanannya justru tidak membuatnya berhenti berkarya. Tafsir Al-Azhar pun berhasil diselesaikannya selama beliau dipenjara.
Ada kisah menarik mengenai perseteruan Hamka dengan Bung Karno. Walau pernah dipenjarakan oleh Pemerintah, Hamka tidak menaruh dendam sama sekali dengan Bung Karno. Bahkan sesaat sebelum Bung Karno wafat, ada wasiat yang diberikan untuk Hamka secara langsung. Yakni meminta kesediannya untuk menjadi imam sholat ketika suatu waktu Bung Karno meninggal dunia.
Hamka pun dengan kemurahan hatinya memimpin sholat jenazah Bung Karno. Luar biasa bukan?Â
...
Tepat pada tanggal 1 April 2023 kemarin, para sineas dan pemain film Buya Hamka mengadakan road shownya di Uhamka. Tepatnya di kampus FKIP Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pada kesempatan itu, putri kelima beliau, Azizah, turut hadir pada sesi acara yang berlangsung secara khidmat namun semarak.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti memberi penjelasannya, bahwa film Buya Hamka ini dihadirkan dengan maksud yang inspiratif. Melalui berbagai ketauladanan Buya Hamka sebagai seorang ulama yang sangat besar kontribusinya untuk bangsa. Senada dengan itu, Rektor Uhamka, Gunawan Suryoputro pun memberi atensi yang sama, yakni sarat edukasi dan berkemajuan.