Pada masa ini umat Islam di Indonesia sudah mulai dalam pantauan Pemerintah Kolonial Belanda. Lantaran banyak berdiri organisasi yang berlandaskan Pan-Islamisme sejak tahun 1905 hingga 1912. Gerakan kesadaran untuk kemerdekaan pun sudah mulai dianggap sebagai "ancaman" oleh Belanda. Maka wajar jika banyak terjadi larangan berkegiatan yang berlatar agama pada masa ini.
Namun, gegap gempita perayaan hari-hari besar umat Islam tetap dapat dikatakan meriah. Dalam ragam bentuk toleransi yang sudah mulai terbangun sejak masa Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda. Ada semacam kekuatan pemersatu bangsa, baik dari latar belakang agama ataupun suku yang berbeda. Semua seolah larut dalam upaya persatuan dan kesatuan bangsa.
Hingga memasuki masa-masa kemerdekaan. Semangat Proklamasi yang juga terjadi pada bulan Ramadhan 1364 H pun membuat suasana perjuangan semakin kental dengan nuansa religi. Hal ini tentu saja menambah semangat juang para pejuang kala memasuki masa mempertahankan kemerdekaan.
3. Idul Fitri Tahun 1968
Selanjutnya pada tahun 1968, sesaat setelah pergantian masa Orde Lama ke Orde Baru. Perayaan Idul Fitri pun terjadi selama dua kali dalam satu tahun. Yakni pada tanggal 2 Januari dan 22 Desember 1968. Ada sedikit selisih pada masa ini, lantaran ada yang merayakan pada tanggal 1 Januari dan 21 Desember. Namun hal ini adalah lumrah terjadi kala itu.
Kebijakan Pemerintah terkait hari libur nasional mungkin belum sekomprehensif saat ini. Lantaran masih banyak kebijakan pada masa transisi yang lebih optional dalam membangun bangsa kala itu. Namun, libur perayaan Idul Fitri sudah ditetapkan dengan keputusan Pemerintah, berikut dengan besaran Tunjangan Hari Raya atau kini kita mengenalnya dengan THR.
Ada yang unik pada masa ini, yakni penyeragaman perayaan Hari Raya Idul Fitri mulai diterapkan oleh Pemerintah. Hal ini berangkat dari upaya Pemerintah dalam menyesuaikan penetapan hari libur nasional. Kebijakan yang kiranya dapat dimaklumi, namun tidak menyurutkan semangat umat Islam dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.
Perbedaan merupakan hal yang sudah biasa terjadi sejak lampau. Seperti upaya penentuan hilal yang memiliki cara dan pendekatan yang berbeda-beda. Konsep penyeragaman hari raya ini pada sejarahnya, kemudian tidak lagi diterapkan pada masa Reformasi.Â
4. Idul Fitri Tahun 2000