Apakah hanya karena pembicaranya yang meruapakan public pigure? Ataukah sudah cukup puas dengan bisa selfie-selfie dengan beliau? Oh tentu tidak demikian, kesempatan langka ini harus saya manfaatkan sebaik-baiknya. Menggali ilmu dan pengalaman dari orang-orang hebat tentunya sangat bermanfaat.
Saya merasakan bagaikan secepat kilat Marissa Haque dalam menyampaikan materi. Tiada terasa durasi 90 menit pun berlalu. Beberapa hal yang bisa saya catat dari paparan Mbak Marissa Haque. Diantaranya, bagaimana pentingnya peran ibu dalam mendidik putra putrinya sehingga menjadi orang-orang hebat.Â
Seorang Ibu yang pintar, cerdas akan mampu melahirkan putra putri yang hebat meskipun secara akademik dianggap kurang mampu. Beliau dengan "capetangnya' (capetang istilah dalam bahasa Sunda yang artinya dalam kamus Sunda-Indonesia adalah pandai berbicara), Â menceritakan tentang kisah Totto-Chan, Gadis Cilik di Jendela yang sungguh sangat inspiratif buat dunia pendidikan.Â
Buku karya Tetsuko Kuroyanagi yang merupakan nama asli dari Totto Chan itu sendiri. Sungguh kisah yang sangat menginspirasi. Jujur saja saya pun baru tahu cerita ini. Inilah asyiknya menuntut ilmu, dapatkan sesuatu hal yang baru. Terima kasih Mbak Marissa Haque.
Selain itu, tokoh penemu sebuah gadget ternama yang memiliki market dari kalangan ekonomi kelas menengah ke atas pun menjadi paparan beliau. Pesan yang disampaikan dari paparannya itu adalah bahwa seorang guru pun harus memiliki jiwa bisnis untuk meningkatkan perekonomian keluarga tanpa melupakan tugas utamanya.
Satu jam lebih menyimak paparan beliau sungguh tiada terasa. Entah karena menatap wajahnya yang cantik, murah senyum, humoris juga atau gaya bicaranya yang menyenangkan sehingga tidak membuat bosan?. Hemmm..semuanya benar deh... . Ternyata orang dewasa juga sangat senang jika diberikan cerita yang menarik dan sarat inspiratif.Â
Semoga hal ini menjadikan inspirasi bagi bapak ibu guru peserta seminar nasional untuk mengembangkan model pembelajaran di sekolah. Khususnya penerapan pembelajaran di sekolah dasar dari kisah Totto-Chan tadi.
Selanjutnya, pembicara tambahan dari ibu dr. Tresnawaty yang memfokuskan pada Pendidikan Non Formal. Beliau seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cirebon yang sangat konsen pada Pendidikan Non Formal. Namun demikian bukan berarti mengesampingkan kepentingan Pendidikan Formal.Â
Beliau menyebutkan bahwa pendidikan non formal merupakan sebuah alternatif pendidikan dalam menyiapkan putra putrinya bagaimana untuk membekali hidup di masa yang akan datang dengan berbagai kecakapan dan keterampilan. Sebenarnya hal ini cukup menarik untuk dikaji lebih jauh, tetapi sayang sungguh sayang kesempatan beliau berbicara hanyalah sebentar saja.
Kegiatan seminar nasional ini diakhiri dengan tanya jawab seputar kiat-kita mendidik anak, membagi waktu antara karir dan keluarga, serta tentunya foto bersama dengan pembicara yang seorang aktris.Â