Mohon tunggu...
Novi Kurnia
Novi Kurnia Mohon Tunggu... Wiraswasta - a random writer

I am a random person. Also, I am a random writer. By writing, it help me a lot to re arrange my mind, to re-structurize my mind. Having interest in writing about social topics, psychology (mostly MBTI), sometimes make up. This blog is owned by me: heyitsnovi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Introvert, yang Sering Disalahpahami

15 September 2020   06:53 Diperbarui: 15 September 2020   07:00 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai introvert, atau sebagai orang yang memiliki teman yang introvert pernah enggak kalau merasa kalau orang salah paham dengan kita? Misalnya nih pas kita lagi sendirian kita ditanya, "Kamu kenapa? Kamu sakit ya kok diem terus?" "Gak mau ngajak orang ngobrol, sombong banget sih?" "Kasihan banget ke bioskop sendirian, jones nih ye?", dan lain sebagainya. 

Orang-orang sering menganggap, dengan kesendirian berarti ada yang salah dengan kita dan mereka perlu banget buat menemani kita sebagai "teman ngobrol". Atau orang yang pendiam, sering dianggap sebagai orang yang sombong.


Aku juga sering memikirkan, kenapa kok orang introvert selalu salah dimata masyarakat? Kenapa orang-orang yang lebih mencintai kesendirian daripada keramaian dianggap aneh? Bahkan, seringkali aku berfikir bahwa satu-satunya cara menjadi sukses di tengah masyarakat adalah menjadi orang ekstrovert. Apakah itu memang benar? Pertanyaan yang sangat mengusik aku adalah, kenapa hal seperti ini bisa terjadi?

Sebab Introvert yang sering disalah pahami

1.       Sistem pendidikan yang ekstrovert oriented banget
Ketika aku masih SD dulu yang masih pake kurikulum yang jadoel banget sih, sistem pendidikan masih textbook dan masih banyak hafalannya. Disisi lain, hal itu memberikan kebebasan untuk berfikir sendiri dan memecahkan masalah sendiri. Namun hal itu berubah ketika sistem pendidikan menjadi basis kelompok. Bahkan, semua mata pelajaran selalu berbasis dengan kelompok dan pr yang diberikan adalah pr kelompok.

Hal itulah yang membuat aku berpikir bahwa, sistem pendidikan yang ada benar-benar mendidik bahwa "untuk bisa menyelesaikan sesuatu, kita harus bareng-bareng. Kalau sendirian, pasti tidak akan bisa memecahkan masalah tersebut." Bahwa sistem pendidikan yang ada, benar-benar memberikan keistimewaan kepada orang-orang ekstrovert dan memberikan ketidakuntungan kepada orang-orang yang introvert. Ektrovert dan ambivert, mereka tidak masalah dengan bekerja bersama-sama bahkan jika dilakukan setiap saat sekalipun. Karena interaksi sosial membuat mereka lebih bahagia. Namun bagaimana dengan introvert?

Introversion bukan berarti ansos atau seperti apa yang distereotipkan pada umumnya, tetapi bahwa introvert membutuhkan waktu sendiri untuk recharge, mengembalikan mood dan "beristirahat". Introvert membutuhkan waktu sendiri untuk berpikir, dan menghasilkan ide. Sistem pendidikan yang sangat menitikberatkan pada kelompok benar-benar memberikan ketidakuntungan kepada anak-anak introvert. Yang pertama karena dengan banyaknya tugas itu sudah melelahkan, apalagi jika harus 'dipaksa' dengan interaksi sosial yang terlalu intens. Hal itu sangat-sangat menguras mental dan fisik anak-anak introvert.

2.       Nilai-nilai yang ditanamkan
Waktu aku SD dulu sering banget terutama pelajaran PPKN kita diajarkan untung bergotong-royong, ramah, berdialog untuk mufakat, tenggang rasa dan lain lain. Nilai-nilai tersebut bagus, terutama untuk menjalin hubungan sosial di masyarakat Indonesia. Sementara orang-orang yang individualis dianggap sebagai orang-orang yang memiliki nilai yang buruk di masyarakat.

Sehingga semenjak kita kecil, sudah didoktrin bahwa individualisme itu salah. Ketika kita tidak murah senyum, itu salah (kalau banyak senyum dikatain genit atau SKSD). Demikian di lingkungan rumah atau pertemanan, seakan tidak ada ruang bagi orang-orang introvert. 

Orang introvert dipaksa harus sesuai dengan lingkungan yang menjunjung nilai komunal yang tinggi dan mereka sudah terkena stereotipe bahwa ada yang salah dengan mereka. Bahwa introvert adalah orang-orang individualis yang tidak sesuai dengan nilai yang ditanam sedari kecil. Sehingga, tidaklah aneh bagi orang-orang introvert semakin minder dan semakin menyalahkan diri mereka sendiri untuk kemudian harus memaksakan diri sebagai ekstrovert agar mereka dianggap orang yang benar.

3.       Sistem masyarakat yang berlaku
Menurutku, ini tergantung juga dari sistem masyarakat yang berlaku seperti apa. Mungkin untuk masyarakat yang menjunjung tinggi individualisme atau introvert sebagai mayoritas,  menjadi introvert bukan sesuatu hal yang salah. Tetapi bagi masyarakat yang sangat mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, dan menganggap bahwa tidak ada ruang bagi orang-orang yang lebih nyaman dengan kesendirian pastinya introvert akan menjadi sesuatu yang salah dan kemungkinan akan memiliki stereotype buruk di masyarakat.

Pernah dengar kata-kata ini enggak? "Makan gak makan asal ngumpul". Hal ini wajar banget di Jawa, mau keadaannya seburuk apapun pasti akan bahagia asal tetap berkumpul bersama keluarga. Sistem masyarakat yang ada di Indonesia, lagi-lagi kurang menguntungkan bagi introvert. Orang-orang yang lebih nyaman dengan kesendirian, dianggap sebagai orang yang sombong dan enggak membutuhkan orang lain (dan keluarga). Lagi-lagi introvert memiliki stereotype negatif.

4.       Anggapan bahwa Introversion adalah penyakit mental
Aku sempat ngobrol ringan dengan temanku, yang selama bertahun-tahun mengunci diri di rumah dan jarang keluar. Kami ngobrol masalah introversion dan aku bilang bahwa dia adalah orang introvert, sama seperti aku. 

Hal yang membuat aku kaget adalah, dia bilang dia bukan introvert dan dia menganggap bahwa orang-orang introvert harus ke psikolog karena mereka memiliki gangguan mental. Waktu aku tanya alasannya kenapa, dia menjawab, "Ya setahuku orang itu gak boleh gak mau bergaul dan kumpul dengan orang lain. Kalau maunya sendirian terus berarti orangnya punya gangguan mental."

Aku sebenarnya kasihan, karena dia denial dan selama ini aku yakin dia pasti sering disalahkan oleh lingkungan dan menyalahkan diri sendiri. Hingga dia menjadi asosial dan tidak mau berbaur dengan lingkungan di sekitar dia. Selama inipun, aku juga sering dianggep aneh karena menjadi introvert. Orang-orang yang tidak paham namun memiliki suara yang lebih keras dari orang yang paham, dengan mudah memberikan stereotipe buruk kepada introvert yang dari awal memang sangat berbeda dengan yang lain.

Kesimpulan yang aku dapat, mengapa introvert mendapatkan stereotipe yang buruk adalah konstruksi dan nilai dari masyarakat itu sendiri ditambah dengan sistem pendidikan yang mengajarkan dari kecil bahwa 'kesendirian itu hal yang salah, yang benar adalah bersama-sama'. Sehingga efeknya muncul banyak stereotipe buruk tentang introvert, bahkan sampai pada introvert yang dikatakan memiliki gangguan kejiwaan.

Sebenarnya dari tulisan ini, bukan berarti aku bermaksud untuk memberikan dorongan agar orang menjadi asosial dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Karena bagaimanapun juga, kita hidup bermasyarakat dan kita pasti membutuhkan satu sama lain. Hidup bermasyarakat itu seperti organ tubuh, yaitu sebuah sistem dan kita tidak akan pernah bisa lepas dari sistem di masyarakat.

Tujuan aku menulis ini adalah, aku ingin menunjukkan mengapa introvert selalu memiliki stereotipe negatif. Tidak banyak orang yang tahu, ataupun yang mau tahu dengan orang lain. Orang banyak yang cepat ngejudge, karena mereka anggap bahwa introvert adalah orang-orang yang salah. 

Tanpa mereka tahu bahwa introvert adalah orang-orang yang sangat dirugikan oleh sistem yang ada di masyarakat, nilai-nilai yang didoktrin dari kecil bahkan introvert dirugikan oleh sistem pendidikan yang sedang berlaku. Orang-orang introvert menjadi minoritas, dan akan terus disalahkan karena menjadi orang yang berbeda dari lingkungan kita.

Hei  introvert, kita bukan orang orang aneh kok. Karena kita berbeda, bukan berarti kita orang yang aneh, bukan berarti kita memiliki gangguan mental, bukan berarti kita salah. Tidak ada yang salah dengan mencari ketenangan dan tidak ada yang salah nyaman dengan kesendirian. Orang-orang Introvert merupakan orang-orang yang bijaksana, pendengar yang baik, dan sangat peduli dengan orang lain. 

Pemimpin yang introvert adalah mereka biasanya orang-orang yang bijaksana dan memiliki karakter yang kuat. Tidak ada yang salah dengan menjadi introvert. Just be yourself, jadilah dirimu sendiri. Orang-orang seperti Albert Einstein, Isaac Newton, Steve Wozniak (co. Founder Apple), Emma Watson, JK. Rowling, Abraham Lincoln (presiden Amerika Serikat), dan Mahatma Gandhi adalah contoh introvert yang hebat. Dengan kesendirian, introvert dapat menghasilkan karya-karya dan ide yang brilian, seni yang dikenang sejarah dan menjadi pemimpin dunia yang hebat. Karena dalam kesendirianlah introvert dapat berpikir dan menjadi dirinya sendiri.

Aku juga berharap, agar introvert lebih dihargai, berhenti menyalahkan diri sendiri, lebih menerima dirimu apa adanya serta berhenti memaksakan diri menjadi orang lain. Setiap orang berbeda-beda, akan lebih indah jika kita berhenti memaksakan agar bisa sama dengan orang lain dan menghargai perbedaan. 

Dunia ini tercipta dengan keseimbangan, ada orang yang cinta dengan keramaian ada yang cinta dengan kesendirian. Ada orang yang suka ngomong dan ada orang yang suka menjadi pendengar. Itulah Allah menciptakan dunia ini berpasang-pasangan, ada yang introvert dan ada ekstrovert serta ambivert. Bukankah dengan adanya perbedaan ini supaya kita bisa saling mengenal satu sama lain dan semakin mengagumi ciptaan Allah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun