Mohon tunggu...
Novi Kurnia
Novi Kurnia Mohon Tunggu... Wiraswasta - a random writer

I am a random person. Also, I am a random writer. By writing, it help me a lot to re arrange my mind, to re-structurize my mind. Having interest in writing about social topics, psychology (mostly MBTI), sometimes make up. This blog is owned by me: heyitsnovi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menjadi Sukses dalam Karier Tanpa Bakat dan Minat, Mungkinkah?

3 September 2020   18:05 Diperbarui: 13 September 2020   19:27 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku bilang bahwa aku ingin kerja sesuai dengan bakat dan minat, orangtuaku menentang hal itu. Karena bagi mereka, "Minat dan bakat tidak berpengaruh sama kerjaan. Orang sekolahnya A, tidak harus jadi A. Yang penting dapat kerjaan yang mapan (titik)." Alasan lain mereka juga, akan sulit mendapatkan pekerjaan dengan prinsip yang terlalu idealis. 

Perbedaan antara pemikiranku dengan pemikiran orangtua, ternyata dibahas dalam buku Cal Newport yang berjudul "So Good They Can't Ignore You". 

Pola pikir orangtuaku, yang berfokus pada apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan pekerjaan, itu namanya Craftman Mindset. Sedangkan aku yang memiliki pandangan, bahwa pekerjaan itu harus sesuai dengan apa bakat dan minatku, itu dinamakan Passion Mindset. 

Pola pikir orangtuaku, lebih realistis sedangkan pola pikirku lebih idealis. Mungkin karena faktor usia dan pengalaman, yang membuat perbedaan pola pikir tersebut.

Orangtuaku beralasan, jika aku kerja berdasarkan minat dan bakat saja ke depannya bakalan sulit untuk kehidupanku ke depan. Karena memang benar, zaman sekarang untuk mendapatkan pekerjaan itu susah. Kita harus bersaing dengan yang lain, serta saingan kita sangat banyak. 

Maka dari itu orangtuaku beralasan, kerja apapun meskipun itu bukan passionku, yang penting mapan. Kalau bosan, ya dipaksa supaya bagaimana agar kita tidak bosan. Namanya kerja ya bosan, kalau senang-senang itu namanya sedang bermain.

Sementara dari sudut pandangku, aku berpendapat bahwa kita bisa termotivasi hanya dengan hal apa yang membuat kita senang, hal apa yang kita minati. 

Kita tidak akan bisa bekerja dengan maksimal ketika kita bekerja pada bidang yang tidak kita gemari. Tidak ada excitement, kerja asal gugur tugas, tidak ada ambisi dalam karier, yang akhirnya kerja bukanlah hal yang menyenangkan. Padahal, seharusnya bekerja itu menyenangkan. Pekerjaan adalah hal yang harus kita lakukan seumur hidup.

Passion oriented juga memiliki cost, di antaranya adalah apakah "ada"  bidang pekerjaan yang kita inginkan? Misalnya, banyak orang yang ingin menjadi terkenal dan menginspirasi banyak orang. 

Sekitar 20-30 tahun yang lalu, jalan satu-satunya jika ingin menjadi terkenal hanyalah lewat media koran, radio dan TV. Maka pada masa itu karena saingannya berat, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi terkenal. Berbeda halnya dengan zaman sekarang, karena adanya internet semua orang bisa menjadi terkenal.

Cost yang kedua, kita harus memiliki sesuatu yang luar biasa yang dapat kita tawarkan untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Seperti yang kita tahu, saingan kita banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun