Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tanah Sumba: Kerinduan akan Kebaikan Orang-orang Tak Dikenal di Negeri Sendiri

28 April 2021   22:44 Diperbarui: 29 April 2021   10:56 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Adat Prai Ijing, Waikabubak (Dokpri)

Persiapan perayaan dengan puluhan ayam yang dibakar di Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Persiapan perayaan dengan puluhan ayam yang dibakar di Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Juga, mendengarkan cerita tentang hiasan tanduk kerbau di setiap rumah-rumah penduduk. Semakin banyak jumlah tanduk kerbau yang dipajang, maka semakin melimpah juga kekayaan dari si empunya rumah.

Hiasan Tanduk Kerbau di salah satu rumah Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Hiasan Tanduk Kerbau di salah satu rumah Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Satu hal penting yang saya pelajari saat berkunjung ke Kampung Adat Tarung, ialah rendah hatilah! Keluarga Kak Sam bercerita jika mereka tak jarang juga menjumpai para pengunjung yang tak mau bercengkerama dengan mereka, sehingga mereka pun enggan untuk berbagi cerita adat ataupun beramah tamah.

Padahal, menurut saya, tak ada hal yang lebih menyenangkan daripada bercengkerama dengan penduduk lokal saat kita berwisata! Apalagi jika mendapat bonus keluarga dan saudara baru di tanah yang sedang kita kunjungi ini!

Tanah Sumba tak semenyeramkan yang diceritakan orang lain

Memang banyak di luaran sana cerita-cerita akan kejahatan yang dilakukan pada wisatawan, terutama para pewisata solo, yang berkunjung ke tanah Sumba. Misalnya saja pencurian dan perampokan. Hal itu juga yang dulunya sempat membuat saya ragu untuk berkunjung ke Sumba seorang diri.

Namun, setelah menjumpai pertemuan dengan orang-orang asing sejak di Sumbawa hingga di Sumba, saya tak pernah lagi merasa takut saat harus bepergian ke tanah asing dan juga bercengkerama dengan orang asing.


Hamparan hijau di belakang Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Hamparan hijau di belakang Kampung Adat Tarung (Dokpri)
Si empunya penginapan pun sempat bercerita jika di Waikabubak sering kali terjadi pertikaian antar suku, yang tak jarang melibatkan parang dan alat perang lainnya saat mereka bersiteru.

Namun, hal ini tak saya temui di sana meski beberapa kali saya melihat bagaimana penduduk lokal berpakaian adat lengkap dengan parangnya di jalanan kota.

Tatanan kotanya pun masih jauh dari listrik dan banyak dipenuhi oleh hutan-hutan liar. Jika menginap di penginapan, para pemilik penginapan akan membatasi penggunaan listrik hanya pada pukul 18.00 hingga pukul 06.00 saja. 

Namun, di luar itu semua, tanah Sumba sangatlah ramah dalam menyambut para pengunjung.

Hemat saya, berkunjunglah dengan niat yang baik dan sertakan doa dalam setiap perjalanan kita, agar kebaikan-kebaikan selalu menyertai meski kita ada di tanah yang tak ramah sekali pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun