Mohon tunggu...
Novie Rupilu
Novie Rupilu Mohon Tunggu... lainnya -

Ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendesain Kelas Belajar yang Kompatibel dengan Otak

19 Desember 2012   07:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23 3381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1355906654487490469

[caption id="attachment_230424" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption]

Kelas kadang membuat siswa menjadi stres. Tidak fokus untuk menerima pelajaran dari guru atau terlibat dalam aktivitas siswa. Apalagi jika ruang kelas terlalu sempit dengan sanitasi yang buruk. Sirkulasi udara yang tidak lancar membuat suhu ruangan menjadi meningkat.  Belum lagi jika pencahayaan kurang memadai. Panas, pengap dan tidak nyaman untuk mengikuti pelajaran. Ditambah dengan warna dinding yang tidak sedap dipandang. Lengkaplah ketersiksaan siswa di dalam ruangan itu selama 6 jam selama berada di sekolah.

Tapi, itulah masalah pendidikan di Indonesia yang masih belum teratasi dengan baik. Berita tentang gedung sekolah yang bocor. Atau, malah ada yang roboh menimpa siswa dan guru yang sedang belajar. Ada pula, yang belajar disamping ternak peliharaan. Terasa seperti berada di dalam kandang. Fenomena itu masih terjadi. Dan, sulit untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik jika ruangan yang seharusnya membuat siswa merasa nyaman malah tak bersahabat.

Ruang kelas yang nyaman bukan berarti harus mewah dan eksklusif. Paling tidak ruangan itu cukup untuk membuat siswa betah dan nyaman dalam belajar. Jika pemerintah belum mampu menyiapkan ruangan kelas yang memadai untuk siswa, tak ada salahnya jika sekolah berinisiatif melakukannya.

Pencahayaan Pencahayaan  di dalam kelas sangat penting untuk menjaga konsentrasi siswa dalam belajar. Jika kurang, dampaknya tentu akan muncul pada indra penghlihatan siswa. Jika berlebihan, juga akan meningkatkan stres pada siswa yang belajar. Cahaya dengan spektrum penuh atau cahaya alami adalah yang paling baik. Itu sudah terbukti melalui riset yang dilakukan oleh Psikatris Wayne London sejak tahun 1988. Dalam eskperimennya, London mendapati bahwa siswa di dalam kelas dengan pencahayaan spektrum penuh memiliki absensi yang lebih rendah dari siswa di dalam kelas yang menggunakan cahaya dari lampu pendar.

Mengapa? Tanpa kita sadari, lampu pendar ternyata berkelap-kelip dan mengeluarkan bunyi. Nah, bunyi dan kelap-kelip itu akan direspons oleh otak dengan mengeluarkan hormon yang disebut kortisol. Hormon ini akan menekan sistim imun dalam tubuh dan meningkatkan stres. Siswa akan menjadi stes dan sulit untuk belajar jika kortisol meningkat. Aliran informasi akan sulit mencapai bagian-bagian otak yang berperan dalam fungsi-fungsi kognitif tingkat tinggi. Masalah ini akan dibahas pada lain postingan saja.

Suhu Faktor berikunya yang harus diperhatikan dalam kelas adalah suhu. Dengan jumlah siswa yang banyak dan ruangan sempit akan menyebabkan suhu menjadi meningkat. Kadar oksigen dalam ruangan akan berkurang dan kadar karbondioksida akan meningkat. Suasana ini tentu tak nyaman untuk otak. Suhu yang terlalu tinggi dapat menurunkan kemampuan otak untuk belajar. Meskipun tidak secara langsung dilakukan di dalam kelas, riset Taylor & Orlansky pada tahun 1993 patut dipertimbangkan. Riset itu dilakukan pada pelajaran menembak. Para peserta yang menggunakan baju pelindung khusus yang agak tebal dapat meningkatkan suhu tubuh. Hasilnya, akurasi, kecepatan, keterampilan dan ketajaman fisik menurun drastis.

Menurut pandangan evolusi, tujuan manusia untuk berjalan tegak adalah untuk menjauhkan kepala dari tanah karena suhu bumi yang panas. Semakin jauh dari tanah akan semakin berkurang suhu otak. Mereka berkesimpulan bahwa peningkatan 1 sampai 3 derajat celcius saja untuk cukup untuk mengganggu fungsi otak. Karenanya, Jensen (2008) menyatakan bahwa suhu 70 derajat Faranheit merupakan suhu yang optimal dalam lingkungan pembelajaran.

Idealnya, setiap  ruang kelas harus memiliki pendingin udara. Tapi jika keuagan sekolah tak mencukupi, bisa disiasati dengan cara lain.Tak ada salahnya jika di dalam kelas diletakan beberapa tanaman yang dapat membantu produksi oksigen. Beberapa tanaman yang digunakan dalam kelas ketika para astronot di NASA belajar ternyata efektif untuk meningkatkan produktifvitas otak. Tanaman yang paling baik untuk membersihkan udara dan meningkatkn oksigen dalam ruangan adalah Areca palms, Lady palms, bambu, Ficus elastica, gerbera daisies, krisan kuning, Ficus benjamina, Filodendron dracaena deremensi, dan Peace lilies.

Jika ruangan terlalu sempit, menanam tanaman-tanaman tersebut di sekitar ruangan kelas mungkin juga bisa dilakukan. Satu tanaman saja mampu berpengaruh hingga radius 5 meter. Jadi. jika ada beberapa tanaman sekitar ruangan atau di dalam ruangan tentu oksigen akan semakin meningkat. Tanaman juga akan membersihkan polutan serta meningkatkan ionisasi negatif dalam atmosfer. Pernafasan akan semakin baik. Aliran darah ke otak akan semakin meningkat. Otak tentu akan lebih plong dan tetap berkonsentrasi menerima input-input indrawi.

Bau Jika tak bisa memasukan tanaman yang agak besar dan tinggi di dalam kelas, beberapa pot bunga di sekeliling kelas juga akan sangat membantu. Bunga di dalam kelas tidak hanya dipandang dari segi estetik saja. Agar kelas lebih indah dan sedap dipandang mata. Tidak hanya itu, tujuan lain dari meletakan beberapa pot bunga di dalam kelas agar wewangian yang dikeluarkan oleh bunga-bunga tadi dapat membantu otak untuk belajar.

Bau-bauan tertentu ternyata dapat memicu saraf-saraf otak untuk membentuk koneksi yang erat dan mendukung otak belajar. Aroma memang dapat berpengaruh terhadap emosi manusia. Pada tahun 1993, Alan Hirsch menemukan bahwa bebauan dari tumbuh-tumbuhan tertentu dapat meningkatkan kemampuan belajar belajar, menciptakan, dan berpikir. Saat menangani beberapa pasien yang dalam taraf penyebuhan, dia menggunakan beberapa macam bentuk teka-teki bersama beberapa kelompok kontrol yang didampingkan dengan kelompok yang dipaparkan kepada aroma bunga-bungan. Kelompok yang mendapat paparan wangi bunga secara konsisten dapat menyelesaikan teka-teki 30 persen lebih cepat.

Nah, tak ada salahnya jika mencobanya. Apalagi jika ternyata sekolah memiliki taman-taman bunga di sekeliling sekolah. Tentu aroma-aroma bunga tadi akan semakin membantu agar siswa belajar lebih baik di dalam kelas.

Warna Warna cat yang digunakan dalam kelas pun sebaiknya memperhatikan pengaruh warna terhadap kondisi otak. Panjang gelombang yang berbeda antara satu warna dengan warna yang lain dapat menyebabkan perubahan pada kondisi fisiologis dan psikologis. Warna ruangan belajar yang mungkin sangat baik untuk mendukung pembelajaran adalah warna kuning. Warna ini dapat menstimulasi rasa optimisme, harapan dan keseimbangan. Selain kuning, warna oranye muda atau coklat muda juga mungkin tepat digunakan dalam kelas.

Tip-tips menata kelas di atas mungkin sederhana saja. Bisa dilakukan tanpa harus menunggu pemerintah yang punya kesibukan yang sangat tinggi. Berhadap pada uluran tangan pemerintah tentu butuh waktu yang lama. Sedangkan, setiap hari siswa harus belajar karena pemerintah harus menagih hasil belajar itu setiap tahun. Mungkin tidak adil. Tapi, tak ada salahnya juga untuk berinisiatif menatanya sendiri.

Canggihkan teori, sederhanakan proses dan alat bantu..!

Novie SR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun