Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Lebaran Harus Ada Uang Baru?

16 Maret 2025   19:54 Diperbarui: 16 Maret 2025   19:54 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau Lebaran tiba, selain baju baru dan kue nastar yang selalu jadi primadona, ada satu tradisi yang tak kalah dinanti: uang baru! Ya, fenomena ini seperti bumbu wajib dalam perayaan Idulfitri. Anak-anak berbaris rapi dengan amplop di tangan, siap menyambut "rezeki nomplok" dari para om, tante, dan kakek-nenek yang dengan senyum getir merogoh dompet untuk membagikan uang lembaran yang masih kaku dan wangi. Tapi, pernah nggak sih terpikir, siapa pelopor tradisi ini? Siapa dalang di balik kebiasaan merogoh kocek lebih dalam demi selembar uang baru?

Konon, tradisi memberi uang kepada sanak saudara sudah ada sejak lama. Mulanya, ini adalah bentuk kasih sayang dan simbol berbagi rezeki di hari kemenangan. Tapi entah sejak kapan, tradisi itu bertransformasi menjadi ajang pamer kekayaan terselubung. Sekarang, yang penting bukan lagi "memberi", tapi "seberapa baru dan rapinya" uang yang diberikan. Bahkan, uang dengan nomor seri cantik bisa jadi rebutan, seolah itu tiket emas menuju surga.

Yang lebih seru, tradisi ini memunculkan bisnis musiman yang menggiurkan: jasa penukaran uang baru! Jika dulu kita hanya mengenal bank sebagai tempat sah untuk menukar uang, kini para "wirausaha jalanan" pun tak mau kalah. Berjejerlah mereka di pinggir jalan, lengkap dengan tumpukan uang pecahan seratus ribuan yang dibungkus plastik, menawarkan jasa penukaran dengan biaya admin yang diam-diam membuat dompet kita menjerit.

Bayangkan, demi mendapatkan selembar uang Rp2.000 yang masih licin, kita rela merogoh kocek lebih. Katanya sih, biar anak-anak senang. Padahal, yang benar mungkin biar gengsi di hadapan saudara tetap terjaga. Toh, masa iya amplop Lebaran diisi uang lecek? Harga diri bisa anjlok di mata ponakan.

Fenomena ini juga memunculkan kreativitas tingkat tinggi. Uang baru kini nggak sekadar alat transaksi, tapi sudah menjadi "souvenir" Lebaran. Ada yang melipatnya jadi origami, ada yang memasukkannya ke dalam amplop warna-warni dengan stiker lucu, bahkan ada yang menambahkan pesan-pesan bijak ala kartu ucapan. Semua demi memberikan kesan "wow" saat amplop dibuka.

Jadi, siapa yang memulai tradisi ini? Mungkin nggak ada yang tahu pasti. Bisa jadi, ini hasil konspirasi global antara bank, pedagang amplop, dan tukang jasa penukaran uang yang diam-diam membangun kerajaan bisnis dari tradisi ini. Atau mungkin, ini hanyalah bukti lain bahwa kita, manusia, selalu butuh cara kreatif untuk merayakan kebahagiaan, sekaligus menguji batas dompet.

Akhir kata, entah uangnya lecek atau baru, semoga yang kita berikan bisa menjadi simbol keikhlasan dan cinta kasih. Lagipula, setelah Lebaran usai, uang baru itu juga bakal lecek di dompet anak-anak, kan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun