Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wirausaha

Fobia pada mantan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tidak Berhenti Bersyukur Setelah Dijauhkan dari Cowok Mokondo

22 September 2025   18:45 Diperbarui: 22 September 2025   18:45 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pexels.com 

Tuhan itu sungguh luar biasa, membukakan mata hati saya sebelum terlanjur terlalu jauh. Saya masih ingat, jauh sebelum hari ini, seorang teman pernah mengirim chat kepada saya.

"Mbak, lu gak salah demen sama dia? Katanya lu suka yang sipit-sipit. Lu kena pelet dia kali..?!"

Waktu itu saya cuma ketawa ditanya begitu. Maklum, orang kalau sedang jatuh cinta, jadi gelap mata dan tuli seketika. Tak bisa melihat yang lain, dan tidak mau dengar apa kata orang-orang.

Sebenarnya saya sendiri juga sempat kepikiran omongan teman tersebut. Dipikir-pikir kok bisa-bisanya saya naksir dengan lelaki itu.

Kalau saya chat, balasnya singkat. Okelah, mungkin dia memang tidak suka sama saya. Tapi, apakah sopan bila kita menanggapi pertanyaan seseorang, lalu kita jawab seolah-olah kita malas bicara dengannya?

Mulai dari sini, saya sudah mulai ilfeel. Ini orang seperti tidak ada sopannya. Tapi masih saya maklumi, pikir saya mungkin dia memang pendiam.

Sampai suatu ketika, katanya.. dia mendengar narasi yang aneh-aneh tentang hubungan saya dan dia, di dalam percakapan grup saya. Logikanya: Dia yang tidak ada di dalam grup, tiba-tiba mendengar sesuatu dari grup, berarti ada salah satu anggota grup yang mengadukan percakapan di grup kami kepada dia.

Saat itu saya merasa dikhianati habis-habisan oleh teman-teman di grup. Tapi saya diam, buat apa saya cari tahu siapa orangnya. Tidak ada gunanya. Namun saya tantang lelaki itu dengan bertanya, "Memang apa yang kamu dengar dari mereka? Berarti kamu ada usaha buat cari tau, dong?"

Lho, dia malah memblokir whatsApp saya. Hei, situ laki atau apa? Pengecut banget, ditanya malah kabur. Di mana letak salah saya? Jelas saya tidak pernah menjelek-jelekkan dia di grup.

Saya yang masih waras, akhirnya mengalah. Cukup lama saya diam untuk mengembalikan pikiran saya agar jernih kembali. Dari diamnya saya, saya mendapat jawaban, bahwa lelaki ini memfitnah teman-teman grup saya. Mengadu domba saya dengan mereka. Tidak ada sebenarnya yang menceritakan percakapan grup kepada dia. Dia sengaja mau menjauhkan saya dengan teman-teman di grup. Apa motifnya? Saya juga tidak tahu.

Semakin ke sini, Tuhan semakin membukakan mata hati saya. Satu persatu ditunjukkan sifat asli lelaki itu. Dia yang tampak alim dan pendiam, ternyata memang "agak lain".

Sejak saya sadar dia memfitnah teman-teman di grup, saya sudah berhenti mencari tahu kabar tentangnya. Saya ingin hidup tenang, tapi sayangnya, ada seorang teman yang mengirim chat pada saya, memberitahu kabar terkini tentang dia.

Satu kesimpulan yang saya tarik, diam-diam dia suka dengan jenis wanita yang "menggoda". Oke, jadi artinya dulu itu saya "salah cara" pendekatan.

Memang, saya yang naksir duluan. Saya berusaha bersikap apa adanya, tidak pernah "menggoda" dengan sikap dan kalimat, saya tetap menjaga sisi kehormatan wanita meskipun saya naksir duluan.

Ternyata oh ternyata, tak disangka. Biarlah saya terkesan kalah dengan wanita itu. Maklum, saya tidak jago dalam urusan "goda-menggoda".

Hanya saja, sewajarnya jika lelaki yang tampak rajin beribadah dan tidak suka berperilaku macam-macam, kita akan menduga bahwa pasti dia menyukai wanita yang alim dan menutup aurat. Tapi nyatanya, astaghfirullah...

Saya tak berhenti mengucap syukur atas perlindungan Tuhan kepada saya. Hari ini ada seorang teman lagi yang mengatakan pada saya, "Beruntung Mbak dijauhkan dari cowok mokondo itu."

Betul, saya katakan, "Cowok model begitu, bahaya kalau jadi suami. Di depan kita, dia pendiam. Tapi diam-diam kita bisa dikadalin."

Maka wajar, jika saya tak berhenti mengucap syukur atas itu. Dia pikir, dirinya sudah sehebat apa? Justru saya yang terlalu berharga untuk dimiliki oleh lelaki seperti dia. Dia terlalu beruntung untuk mendapatkan ketulusan dari saya.

Pesan saya untuk pembaca, kita sebagai wanita, sekalipun naksir duluan dengan si lelaki, kita tetap harus menjaga kehormatan. Mendekati duluan tidak apa-apa, tapi tetap dengan kata-kata dan sikap yang sopan.

Kalau akhirnya tidak berlanjut, tidak masalah, yang penting kita tidak pernah merendahkan harga diri kita di hadapannya dengan kata-kata dan sikap yang "menggoda".

Akhirnya, saya tutup tulisan ini dengan kutipan surat An-Nur Ayat 26: "Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji (pula), sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun