Mohon tunggu...
Novi Amaliyah
Novi Amaliyah Mohon Tunggu... -

Learning from Life....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Sepiring Mi Instant

9 September 2014   20:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari menjelang kembali ke apato (apartment) setelah seharian di kampus, tentu bukan akhir dari aktivitas saya. Sebuah aktivitas lain telah menunggu di rumah. Men-switch profesi student yang berhadapan dengan computer dan alat-alat di laboratorium menjadi koki, cleaning service, guru mengaji dan guru privat J
Semua itu butuh energi dan kesabaran yang sangat besar. I realize that much. Pulang dalam keadaan capek, kadang plus desperate karena riset yang tak kunjung menghasilkan titik terang, lalu berhadapan dengan kondisi rumah yang berantakan dan segunung pekerjaan yang menunggu tuk di sentuh, hmmm….kadang emosi menjadi dominan dan semakin membuat capek hati.
Maka, beberapa langkah sebelum tiba di rumah, saya harus menyiapkan hati untuk tidak “galau” apapun kondisi yang akan saya hadapi di rumah. Tiga orang anak, yang belum sepenuhnya mandiri untuk mengurus diri mereka sendiri, menghadirkan berbagai cerita yang berbeda.
Si Kakak, yang setiap pulang sekolah di sore hari selalu merasa lapar, sedikit mulai mandiri bereksperimen memasak makanan yang bisa dilahap sembari menunggu umminya pulang dari kampus. Mulai dari mi instan, telur ceplok atau sekedar cemilan-cemilan yang tersedia di rumah. Dan tentunya, dia bisa masak tapi tak bisa membereskan kembali peralatan masak dan makannya. Si Tengah, yang sedikit lebih mandiri, sudah selesai berganti baju, namun seragam sekolah masih bergelimpangan di dalam kamar. Sudah selesai menunaikan shalat bareng kakaknya dengan kondisi peralatan shalat yang juga sempurna berantakan dan si Bungsu, yang bahkan ketika saya tiba di rumah, masih dengan pakaian lengkap seperti saat berangkat sekolah.
Namun, saya selalu teringat dengan sebuah quote, Someday..you will wake up and your house will be clean BUT you kids will be grown up by their own...
Maka, biarlah saya menikmati masa-masa “messy house” ini, itu menandakan bahwa mereka, masih ada di samping saya.
Anyway, keberadaan mereka, betapapun repotnya saya menjadi ibu sekaligus student di negeri yang jauh dari keluarga besar, adalah hiburan tersendiri. Waktu berlalu tak terasa karena kehadiran mereka membawa banyak cerita. Meski lelah, pulang ke rumah adalah saat untuk mengisi semangat baru untuk esok yang lebih baik.
Namun, hati tak selalu bisa bersabar, as a human being, I also have a desperate moment. Seperti hari itu, rasanya lelah sekali seharian berkutat dengan penelitian yang tak kunjung mendapatkan hasil yang diharapkan. Pulang ke rumah, dan mendapati tas, botol air minum dan seragam sekolah dari tiga anak itu bergeletakan mulai dari pintu masuk hingga kamar. Mulailah, naluri manusia biasa itu hadir, omelan yang panjang tentang mengapa mereka belum juga mampu meletakkan barang-barang itu kembali ke tempatnya, tentang betapa capeknya ummi jika harus sendiri mengurus semuanya dan seterusnya…
And, I take my deep breath.
Mencoba merebahkan badan, sambil masih terus berfikir, harus mulai dari mana membereskan semua ini, menu apa yang harus di masak malam ini, dan…metode riset apalagi yang harus dikerjakan besok hari di kampus.
Lalu, sang Kakak datang menghampiriku di tempat tidur.
“Ummi lapar? Ini saya masak dua, kita makan sama-sama ya…”
Dan, sesederhana itu, semangat itu datang kembali, takkala pemuda kecil itu menyodorkan sepiring mi instan buatannya.
Saya mencoba beberapa suap, dan energi besar kembali mengalir dalam tubuh saya. Semangat untuk tetap menjalani semuanya dengan ikhlas, karena hanya itu kekuatan yang bisa membuat saya mampu menjalankan tugas mulia yng tidak ringan ini sebagai seorang Ibu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun