Ruang Ketiga
"Anne, udah pulang ?" Kata Ezar
"Udah Zar, buruan jemput ya." Jawab Anne
"Iya." Balas Ezar.
Dengan menaiki motor Vega berwarna merah. Helm yamaha dipakai Ezar. Ini bukan sedang promosi produk. Hanya saja, style Ezar memang seperti itu. Tak seperti lelaki umumnya yang mengikuti trend kekinian, sepertinya Ezar masih saja nyaman dengan gaya klasiknya memakai motor butut yang spionnya lepas sebelah. Tak lupa, kaca mata minus satu setengah, harus menjadi perangkat wajib yang dipakainya. Jangan sampai dunia menjadi buram, karena Ezar lupa tak memakai kacamatanya.
"An, udah sampe depan." Ezar mengirim pesan singkat untuk Anne.
Tak lama, Anne sudah berada di sebelah Ezar.
"Wuih, cepet banget." Ezar kaget hanya dalam beberapa detik, Anne sudah beradaa di sebelahnya.
"Malaikat." Anne tertawa.
"Malaikat yang sayapnya patah sebelah?" Jawab Ezar.
"Bukan." Anne kembali tertawa.
"Trus ?" Ezar mengerutkan dahinya.
"Malaikat yang terdampar di bumi." Jawab Anne.
"Karena dapat kutukan ?" Ezar menggodanya.
"Ezar !!". Anne bermuka masam.
"Iya deh terdampar karena di planet lain nggak ada aku." Ezar tertawa.
"Serah deh. Yuk balik." Ajak Anne.
Akhirnya motor butut Ezar pun dinyalakan. Ia menyetir keluar kampus. Melewati jalan yang sama setiap harinya.
Beberapa menit kemudian klakson mobil terdengar kencang, motor Ezar pun minggir ke tepi.
"Zar, An. Duluan ya !" Sapa Edo, mahasiswa tingkat akhir yang sama dengannya.
"Yoi Do." Jawab Anne sembari Ezar melambaikan tangannya.
Mobil mewah Alphard pun berlalu melewatinya. Beberapa detik mereka terdiam. Anne pun memulai pembicaraan.
"Edo tuh walaupun mobilnya gede ngalahin gerobak milik tukang bakso yang sering kita beli dia tetep aja ramah ya." Kata Anne.
"Iyalah, keren juga otaknya kalo pas di kelas. Pasti yang dapet dia juga bakalan bersyukur banget." Jawab Ezar.
"Kenapa emang?" Tanya Anne.
"Perfect !" Jawab Ezar.
"Ah elah, kamu aja sana jadian sama Edo." Goda Anne.
"Kalo aku sih masih tertarik sama perempuan." Jawab Ezar dengan datar.