Mohon tunggu...
Novia Chandra Sari
Novia Chandra Sari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A constant traveller.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dibayar Berapa Sama Jokowi?

8 Juli 2012   02:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 4814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2005, perasaan bimbang menyelimuti diri saya. Saya diterima kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Solo yang pada awalnya saya cuma iseng saja memilihnya pada waktu SPMB. Solo, kota asing yang belum pernah saya kunjungi. Yang paling tidak tersohor di antara segitiga emas JogLoSemar. Dan bahkan yang paling bikin ilfeel karena tragedi 1998-nya.

Bismillah, dengan niat menuntut ilmu akhirnya saya memantapkan diri berangkat kesana. Pertamakali saya melangkahkan kaki ke kota Solo, terus terang saja, saya tidak sebangga teman-teman saya yang kuliah di UGM atau UNDIP. Semasa  kuliah saya juga jarang kongkow-kongkow di dalam kota karena memang jarang obyek wisata yang nyaman untuk dikunjungi. Saya justru sering menyempatkan diri ke Jogja menempuh jarak 60 km untuk memenuhi hasrat bepergian.

Selama beberapa bulan di Solo saya masih 'buta' dengan kota dan segala perangkatnya, karena jujur memang saya sendiri tidak berusaha mengenalnya. Sampai suatu ketika tersebar rumor yang cukup santer di kalangan mahasiswa. Ceritanya, ada pengendara motor yang ditilang oleh oknum polisi, yah seperti biasa si oknum polisi minta 'uang damai'.  Setelah helm dibuka, ternyata tidak lain tidak bukan pengendaranya adalah walikota Solo sendiri. Esoknya terdengar kabar bahwa Kapolres diganti dan siapa saja polisi yang meminta/menerima suap akan dicopot. Entahlah benar atau tidak, seperti saya bilang tadi itu rumor di antara mahasiswa, yang pasti itu adalah awal di mana saya penasaran dengan Jokowi, walikota Solo yang baru saja menjabat saat itu.

Jujur saja, semenjak itu memang jarang sekali ada razia-razia polisi. Bahkan selama saya di Solo saya belum pernah ditilang polisi ataupun mengalami insiden kecelakaan motor, alhamdulillah. Justru kejadian naas yang saya alami adalah kejadian ditabrak becak di Pasar Klithikan Banjarsari, karena padatnya lalu lintas disana. Bayangkan saja; ada pasar didekat persimpangan 5 jalur, kacau! Sejak itu daerah sekitar RRI itu kemudian menjadi daerah yang paling saya hindari, mending memilih jalan agak memutar walau sedikit agak jauh. Beberapa bulan kemudian saya terpaksa harus ke sana lagi bersama adik saya yang datang jauh-jauh dari kampung untuk membeli bola basket bekas. Saya cukup kaget karena mendapati jalan-jalan  sudah bersih tidak ada lagi PKL yang berjualan. Konon kabarnya pedagang yang telah berjualan puluhan tahun sudah berhasil di-kirab massal ke daerah Semanggi, Pasar Kliwon. Dan beberapa bulan kemudian kawasan itu menjadi taman yang asri dengan monumen'45-nya. Saya pun kemudian tidak lagi menghindari jalan ini dan justru makin penasaran sama sosok Jokowi ini!

Tahun 2007 diselenggarakan event SIEM (Solo International Music Festival) untuk pertama kalinya di benteng Vastenburg. Event internasional itu menyedot perhatian nasional dan dunia, dan terbilang sukses besar. Selanjutnya event-event serupa menjamur, ada Solo Internasional Performing Art, Solo Jazz Festival, Solo Youth Heritage, dan banyak lagi hingga Solo hampir tak pernah sepi event hingga saat ini. Ramainya event ini menyedot sukarelawan panitia dari kalangan mahasiswa, dan anak-anak muda. Tidak dapat dipungkiri, selain mendapat SDM  yang kreatif, enerjik dan idealis, pemerintah Solo diuntungkan karena mendapat tenaga murah. Sebaliknya, mahasiswa juga diuntungkan karena bisa melatih soft skill, mendapat sertifikat kepanitiaan yang dicantumkan di CV dan bisa  ikut berpartisipasi memajukan kotanya. Jika ada event, bahkan pemerintah Solo kewalahan menyeleksi banyaknya volunteer yang berminat ikut, suatu tanda bahwa timbul sense of belonging dan kecintaan terhadap Kota Solo. Saya sendiri pernah beberapa kali ikut seleksi untuk bisa berpartisipasi di event yang diselenggarakan Kota Solo, karena sudah menjadi prestige tersendiri di antara mahasiswa ketika bisa ikut dalam event Pemerintah Kota Solo. Positive effect-nya yang lain, kesempatan menjadi panitia dari kalangan umum ini menyediakan lapangan pekerjaan bagi pelajar, mengisi hal-hal positif bagi generasi muda, dan membuat mereka proaktif dalam berkontribusi terhadap lingkungan. Hasilnya berkat profesionalisme pemerintah kota dan generasi mudanya,  Solo menjadi layak digunakan sebagai venue konferensi tingkat dunia antara lain APMCHUD,  International Asiana Parachuting Championship, dan Asian Para Games. Tidak dapat dipungkiri banyaknya secara signifikan menambah pemasukan bagi kas PemKot maupun masyarakatnya.

Sejalan dengan banyaknya event yang diadakan di kota Solo, infrastruktur-pun mulai dibenahi. Solo City Walk, Pasar Ngarsopuro, dan Galabo kemudian dibangun. Solo city walk adalah favorit para pelajar karena banyak sekali spot-spot yang menyediakan koneksi wifi. Pasar Ngarsopuro dibangun dengan indahnya dengan khas lampu sangkar burung, menjadi spot wajib untuk foto-foto para turis dan belanja night market setiap akhir pekan. Galabo sendiri menjadi suatu culinary-hub bagi penggemar masakan karena puluhan penjaja makanan khas Solo berjualan di kawasan bergaya street food stall. Terminal tirtonadi yang dulunya seram pun dimanusiakan dengan dibangun taman di depannya. Penambahan armada baru Damri dengan fasilitas Air Condition yang beroperasi ke titik-titik pusat wisata batik Laweyan, Kauman, dan Klewer sangat membantu perekonomian batik industri rumah tangga. Dan terutama Batik Solo Trans yang melewati jalan utama kota Solo, membuat saya lebih memilih menggunakan transportasi umum daripada transportasi pribadi. Semenjak itu justru teman-teman saya di kota-kota lain, yang dulu saya sering mebuat saya minder karena kota Solo kalah gaul, meminta saya menjadi 'guide' ketika Solo menjadi tujuan wisatanya. :)

Cerita saya adalah bentuk nyata pembangunan Kota Solo saya rasakan selama tujuh tahun ini. Tentunya semua itu berjalan karena adanya policy yang nyata dari leader disini, the man behind the gun, yaitu Pak Jokowi. Saya sendiri sering bertemu beliau secara tak sengaja sedang berjalan-jalan di Galabo dan Pasar Ngarsopuro. Agenda beliau setiap akhir pekan adalah berbaur dengan masyarakat, mendengarkan keluhan masyarakat, memantau, me-maintain apa yang sudah dibangun, ataupun sekedar melayani permintaan foto-foto. Semua itu sudah dilakukan sebelum tercium dan di'citrakan' oleh media nasional. Karena beliaulah tanpa disadari dari bukan siapa-siapa saya telah jatuh cinta dengan Kota Solo. Dengan atau tanpa Jokowi di dalamnya kelak. Karena setiap kota akan butuh 'jokowi-jokowi' yang lain dan semangatnya yang progresif, proaktif dan ikhlas membangun.  Saya bangga bukan karena sosok satu orang, atau karena kota Solo keren. Tapi Solo keren karena saya juga bisa ikut berpartisipasi memajukannya.

Menurut saya semua pemerintah dan masyarakat juga harus ikut andil tanpa bergantung pada satu figur saja. Pengambil kebijakan yang lebih tinggi juga harus sejalan. Ketika infrastruktur sudah dibuat sedemikian baiknya tapi kebijakan pemerintah tentang pembatasan kendaraan pribadi masih dipengaruhi faktor kepentingan pengusaha besar saja akan nihil hasilnya. Dan masyarakat sendiri harus memiliki kesadaran untuk mau menggunakan fasilitas umum yang sudah disediakan sesuai dengan tujuan manfaat dan aturan. Meskipun terlihat 'lebih ribet'  bagi yang terbiasa mengendarai kendaraan pribadi namun ingatlah bahwa perubahan itu dimulai dari diri sendiri, sekecil apapun. :)

Ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana. Bagi yang tidak mengenal saya secara pribadi pasti menganggap tulisan ini sangat subyektif dan diragukan kevalidannya, silakan. Semua bebas berpendapat. Tapi yakinlah saya menulis ini tidak dibayar oleh Jokowi, karena saya telah dibayar dengan fasilitas dan manfaat yang telah saya nikmati hingga saat ini.

Salam,

Novia Chandra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun