Mohon tunggu...
noviyah pribudicantika
noviyah pribudicantika Mohon Tunggu... mahasiswa

saya suka menggambar dan merajut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran germas dan gentas dalam penanganan dan pengendalian obesitas di Indonesia

6 Juli 2025   21:30 Diperbarui: 6 Juli 2025   18:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • PENDAHULUAN

Di tengah gaya hidup modern yang serba instan dan minim aktivitas fisik, prevalensi obesitas semakin meningkat secara global. Obesitas kini menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling mengkhawatirkan, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia. Obesitas merupakan penyakit kronis yang kompleks, ditandai dengan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh yang dapat mengganggu fungsi organ dan sistem tubuh secara menyeluruh. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, gangguan sistem reproduksi dan muskuloskeletal, serta beberapa jenis kanker tertentu (World Health Organization, 2024).

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2022 terdapat sekitar 2,5 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang mengalami kelebihan berat badan, termasuk lebih dari 890 juta di antaranya mengalami obesitas. Hal ini berarti sekitar 43% populasi dewasa dunia mengalami kelebihan berat badan, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada wanita (44%) dibandingkan pria (43%). Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 1990, yang saat itu hanya sekitar 25%. Prevalensi ini juga bervariasi antar wilayah, dengan angka terendah di Asia Tenggara (31%) dan tertinggi di Amerika (67%) (World Health Organization, 2024).

Hal serupa juga terjadi di Indonesia sendiri, yang mana Indonesia turut mengalami peningkatan prevalensi obesitas yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk dewasa meningkat tajam dari 10,5% pada tahun 2007 menjadi 21,8% pada tahun 2018. Sementara itu, prevalensi kelebihan berat badan juga naik dari 8,6% menjadi 13,6% dalam periode yang sama. Peningkatan ini lebih nyata di wilayah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan, dan terjadi pada kedua jenis kelamin (Kusuma & Prasetya, 2020). Hal ini menegaskan pentingnya strategi pencegahan dan pengendalian obesitas secara nasional melalui pendekatan yang terintegrasi.

Sebagai bentuk respon terhadap masalah tersebut, pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk mengendalikan obesitas. Salah satu di antaranya adalah Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) yang diluncurkan pada tahun 2016. GENTAS mengajak masyarakat untuk menerapkan pola makan sehat dan aktif bergerak dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, program GENTAS juga diperkuat dengan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) serta prinsip gizi seimbang. Keberhasilan program-program ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan sektor terkait lainnya (Nugraheni et al., 2024).

Lebih jauh, pendidikan kesehatan masyarakat memegang peran penting dalam mendukung keberhasilan berbagai program kesehatan. Dengan pemahaman yang baik tentang kebijakan serta tujuan program kesehatan, masyarakat dapat lebih mudah terlibat aktif dalam pelaksanaannya. Edukasi yang tepat juga mendorong perubahan perilaku menuju gaya hidup sehat, sehingga mampu menurunkan angka kejadian obesitas di masa mendatang (Herawati et al., 2023).

  • PEMBAHASAN

Peningkatan angka obesitas di Indonesia tidak terlepas dari perubahan pola hidup masyarakat yang semakin tidak aktif dan didominasi oleh konsumsi makanan tinggi kalori. Gaya hidup sedentari tanpa aktivitas fisik yang memadai kini menjadi kebiasaan umum, terutama akibat kemajuan teknologi yang menjadikan pekerjaan, hiburan, hingga interaksi sosial bergantung pada perangkat digital, sehingga mengurangi aktivitas gerak sehari-hari. Selain itu, tren konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan jajanan tinggi lemak yang marak di kalangan anak muda turut memperparah kondisi ini. Situasi ini semakin memburuk dengan minimnya edukasi mengenai gizi seimbang, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Obesitas merupakan kondisi yang disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), dan telah terbukti meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis serta kematian. Oleh karena itu, upaya pencegahan obesitas perlu difokuskan pada pengaturan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik (Ratmawati et al., 2024). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan bahwa pada tahun 2030, sebanyak 30% kematian di dunia akan disebabkan oleh penyakit terkait gaya hidup. Hal ini masih dapat dicegah melalui identifikasi faktor risiko dan penerapan kebijakan yang mendukung perubahan perilaku sehat (Safaei et al., 2021).

Sebagai bentuk tanggapan terhadap kondisi ini, Indonesia memiliki dua program utama, yaitu GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dan GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas). Pada tahun 2016, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular telah mengeluarkan panduan pelaksanaan GENTAS yang ditujukan bagi tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan dalam pengendalian obesitas di seluruh Indonesia. Panduan tersebut mencakup aturan mengenai jenis, porsi, dan pola makan sehat (Arundhana & Masnar, 2021). Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pengaturan pola makan dengan model piring makan T, yaitu: jumlah sayur dua kali lipat dari karbohidrat (nasi, mie, roti, pasta), jumlah protein setara dengan karbohidrat, serta konsumsi buah minimal setara dengan jumlah karbohidrat atau protein (Dr. Sardjito, 2019).

Selain pengaturan pola makan, latihan fisik juga menjadi bagian penting dalam pencegahan obesitas. Latihan fisik didefinisikan sebagai aktivitas yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan, dengan gerakan tubuh berulang untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Aktivitas fisik sendiri terbagi menjadi tiga tingkat, yakni aktivitas ringan seperti berjalan santai, berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan, hingga aktivitas kreatif seperti menggambar dan melukis. Untuk mendapatkan manfaat optimal, aktivitas fisik perlu dilakukan secara rutin dan teratur, yakni 3--5 kali per minggu dengan selang waktu istirahat yang cukup (Nuraeni et al., 2023).

  • REFERENSI

World Health Organization. (2024). Obesity and overweight. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun