Mohon tunggu...
Noveriani Telaumbanua
Noveriani Telaumbanua Mohon Tunggu... MAHASISWA

Suka obrolan lebih mendalam dari pada basa-basi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Balik Senyum Anak Asrama: Cerita Perjuangan yang Tidak Pernah Ditulis

16 Juli 2025   06:42 Diperbarui: 16 Juli 2025   06:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik kebersamaa/senyuman itu, ada yang sedang belajar kuat sendirian. (Sumbe : Dokpri/Noveriani Tel)

Ada seorang temanku di asrama yang dikenal sebagai anak yang ceria. Selalu tersenyum, selalu menyapa. Tapi tak ada yang tahu bahwa setiap malam, ia berbicara dengan bantal, bukan manusia. Namun di balik keramaian asrama, ia menanggung sepi yang tak bisa diceritakan. Cerita ini bukan tentang kehebatan, melainkan tentang perjuangan diam-diam seorang anak yang jauh dari rumah dan tetap memilih bertahan.

Asrama bukan hanya tentang tempat tidur bertingkat, suara keras untuk jam makan, dan jadwal kegiatan yang padat. Ia adalah ruang bertumbuh yang terkadang sepi, dingin, dan penuh tekanan yang tidak terlihat dari luar. Disinilah anak-anak belajar hidup mandiri, bahkan sebelum mereka benar-benar siap.

Bagi sebagian orang, tinggal di asrama adalah impian. Tapi bagi sebagian lainnya, itu adalah bentuk perjuangan yang sunyi. Perjuangan yang tidak selalu terdengar, tapi terasa hingga ke dada. Seorang anak asrama seringkali dituntut untuk kuat, dewasa, dan mandiri, meskipun di balik semua itu, ia belum selesai bertumbuh sebagai anak biasa.

Setiap malam adalah latihan untuk menguatkan diri. Ketika rindu orang tua tiba-tiba datang, mereka hanya bisa menatap langit-langit, berharap esok lebih mudah. Tidak jarang, air mata jatuh diam-diam di bawah selimut tanpa suara, tanpa pelukan. Ada juga yang harus menghadapi dinamika sosial, dimana teman yang menyenangkan, tapi juga tidak jarang menusuk dari belakang. Bullying, tekanan akademik, sampai perasaan terasing, semua bercampur menjadi beban yang tidak pernah masuk ke dalam catatan nilai rapor. 

Tapi anehnya, mereka tetap tersenyum. Mungkin karena sudah terbiasa menyimpan luka sendiri. Atau mungkin karena mereka sadar, bahwa tidak semua luka perlu diumbar. Ada yang cukup disembuhkan perlahan dengan keyakinan bahwa suatu saat, semua ini akan selesai. Tidak banyak yang tahu bahwa di balik keceriaan anak-anak asrama, tersimpan cerita panjang tentang bagaimana mereka bertahan. Bagaimana mereka belajar berdamai dengan keadaan. Bagaimana mereka menjadikan keterbatasan sebagai ruang untuk belajar memahami hidup.

Anak-anak asrama bukan hanya kuat, mereka luar biasa. Mereka tumbuh dengan cara yang berbeda-beda lebih cepat, lebih sunyi, tapi juga lebih dalam. Jadi, saat kamu melihat anak asrama yang tersenyum, cobalah berhenti sejenak. Barangkali, itu bukan sekadar senyum biasa. Tapi tanda bahwa mereka sedang berjuang dalam diam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun