Mohon tunggu...
Novela Berliana Putri Sakinah
Novela Berliana Putri Sakinah Mohon Tunggu... Mahasiswa IPB University

Halo saya Novela, seorang mahasiswa yang memiliki passion dalam analisis kimia. Sebagai seorang mahasiswa menulis bukan hanya sekedar kata, tetapi juga salah satu cara menyampaikan makna tersirat yang ada didalamnya. Melalui tulisan saya, saya ingin berbagi pengetahuan dan informasi mengenai kimia yang ada di kehidupan sehari-hari dan pengalaman saya sebagai seorang mahasiswa. Saya berharap dapat berbagi pengetahuan dan inspirasi kepada pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rahasia Kimia di Balik Tanaman Sehari-hari: Solusi Alami Cegah Cacingan

7 Oktober 2025   11:16 Diperbarui: 7 Oktober 2025   11:16 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apa itu cacingan?

Cacingan merupakan salah satu isu kesehatan yang masih dianggap sebagai permasalahan kesehatan yang cukup serius, baik di tingkat global maupun nasional. Secara global, diperkirakan lebih dari 1,5 miliar orang atau sekitar 24% populasi dunia terinfeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) (World Health Organization, 2018). Soil-Transmitted Helminth merupakan jenis cacing yang menyebar melalui media tanah. Spesies yang paling umum dijumpai adalah Ascaris lumbricoides atau cacing gelang, yang bisa menimbulkan penyakit askariasis. Kasus cacingan masih tergolong tinggi, terutama di wilayah tropis dengan kebersihan lingkungan yang kurang memadai serta pada kelompok masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Infeksi STH di Indonesia diperkirakan menyerang sekitar 219 juta penduduk dengan angka prevalensi yang bervariasi, mulai dari rendah hingga lebih dari separuh populasi di wilayah tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing di Indonesia berkisar 2,5% hingga 62% (GAHI, 2017; Arrizky, 2021). Kondisi ini menegaskan bahwa cacingan masih menjadi isu kesehatan serius di Indonesia.

Faktor Penyebab Cacingan

Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian cacingan, terutama di negara berkembang dengan iklim tropis. Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga menjadi penyebab utama, misalnya penggunaan air yang tercemar, pembuangan limbah sembarangan, serta kurangnya fasilitas sanitasi yang memadai. Selain itu, perilaku hidup sehari-hari juga berperan besar, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, jarang menggunakan alas kaki, atau mengonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan baik. Faktor sosial ekonomi turut memengaruhi, karena masyarakat dengan keterbatasan ekonomi sering kali memiliki akses yang minim terhadap fasilitas kesehatan dan sanitasi. Kondisi geografis dan iklim tropis juga mendukung perkembangan telur dan larva cacing di tanah, sehingga meningkatkan risiko penularan. Kombinasi faktor-faktor tersebut membuat penyakit cacingan masih menjadi masalah kesehatan yang sulit diatasi sepenuhnya di Indonesia (Arrizky, 2021).

Dampak Cacingan terhadap kesehatan

Infeksi cacingan bisa menimbulkan dampak yang cukup serius bagi kesehatan, terutama pada anak-anak. Kehadiran cacing di usus membuat tubuh kehilangan banyak zat gizi penting, termasuk zat besi, sehingga infeksi cacing dapat memicu terjadinya gizi buruk dan anemia pada penderitanya. Kondisi ini membuat anak menjadi lebih mudah lelah dan daya tahan tubuh menurun, sehingga rentan terserang penyakit. Jika berlangsung dalam waktu lama, cacingan juga bisa memengaruhi kemampuan konsentrasi dan belajar, yang akhirnya berdampak pada prestasi di sekolah (Arlianti et al, 2024). Masalah ini tidak bisa dianggap sepele, mengingat laporan World Health Organization tahun 2018 mencatat sekitar 75% anak-anak masih mengalami infeksi cacingan, angka yang cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian serius.

Pencegahan dan Apa Itu Senyawa Kimia Alami dalam Tanaman?
Cacingan memang dapat dikendalikan dengan obat sintetis, tetapi penggunaan jangka panjang kerap menimbulkan risiko resistensi maupun efek samping tertentu. Sebagai alternatif, alam sebenarnya menyimpan berbagai tanaman yang kaya akan senyawa aktif dengan sifat antiparasit. Beberapa di antaranya bahkan sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya berperan penting dalam membantu menghambat atau mengurangi infeksi cacing, sekaligus membuka peluang pemanfaatan yang lebih alami dan berkelanjutan. Menariknya, senyawa-senyawa ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi cacingan, terutama pada anak.

Tanaman Sehari-hari yang Berkhasiat Mencegah Cacingan

1. Pepaya (Carica papaya)

Biji pepaya mengandung senyawa papain, alkaloid dan tanin yang masing-masing memiliki peran penting sebagai agen anthelmintik alami. Papain merupakan enzim khas dari pepaya yang tidak hanya membantu proses pencernaan tetapi juga mampu merusak lapisan pelindung cacing dengan memecah protein penyusunnya, sehingga membuat cacing lebih mudah mati dan mudah dikeluarkan dari tubuh. Karpain sebagai salah satu alkaloid utama pada biji pepeaya, bekerja dengan melemahkan sistem saraf cacing hingga ototnya lumpuh dan tidak bisa bertahan hidup. Sementara itu, tanin berfungsi mengikat protein pada kulit cacing serta mengganggu enzim penyerap nutrisi, yang menyebabkan cacing kekurangan gizi dan melemah hingga akhirnya mati. 

Berkat kombinasi senyawa ini, biji pepaya banyak dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional untuk mengatasi cacingan, terutama di daerah tropis yang kasusnya masih tinggi. Pengkonsumsian biji pepaya ini dapat dilakukan dengan cara langsung dimakan 1-2 sendok teh per hari, kemudian dapat dijadikan bubuk dengan cara ditumbuk atau dihaluskan setelah biji pepaya dikeringkan, atau dapat dicampurkan ke dalam minuman seperti smoothies, namun perlu diingat mengkonsumsi biji pepaya harus dibatasi agar tidak menimbulkan efek samping seperti gangguan pencernaan (Suwandi dan Oktofani, 2019).

2. Kelor (Moringa oleifera)
Daun kelor mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin yang berperan sebagai agen anthelmintik alami. Senyawa-senyawa ini mampu merusak struktur sel cacing, menghambat pertumbuhan larva, serta mengganggu penyerapan nutrisi cacing. Tanin misalnya, diketahui dapat merusak lapisan pelindung tubuh cacing yang berfungsi untuk melindungi sekaligus membantu penyerapan makanan. Ketika lapisan ini rusak, protein dalam saluran pencernaan cacing
terikat sehingga penyerapan nutrisi terganggu, cadangan energi menurun, pembentukan ATP terhambat, dan akhirnya cacing mati (Mahalingam, 2017). Tanin juga dapat menghambat kerja enzim sekaligus merusak membran sel cacing, menyebabkan metabolisme tidak berjalan normal sehingga cacing kekurangan gizi (Tiwow et al, 2013).

Selain itu, saponin dalam daun kelor dapat melumpuhkan otot cacing hingga mati dengan cara merusak lapisan pelindung di saluran pencernaannya. Proses ini mengganggu penyerapan nutrisi cacing dan menyebabkan kekurangan gizi. Saponin bahkan terbukti memiliki efek antifertilitas yang dapat menghambat reproduksi cacing (Utami et al, 2023). Alkaloid bekerja sebagai obat cacing alami dengan menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga otot cacing lumpuh dan tidak bisa bertahan hidup (Pratama, 2021). Sementara itu, flavonoid mempersempit pembuluh kapiler dan menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga aliran nutrisi dan oksigen ke jaringan cacing terhambat dan membuatnya melemah (Masfria et al, 2018). Secara tradisional, daun kelor sering digunakan sebagai ramuan obat cacing dengan cara merebus tiga helai daun kelor dipadukan dengan daun cabai dan meniran, lalu air rebusannya diminumkan pada anak yang mengalami cacingan, terutama akibat infeksi cacing kremi dan cacing pita.

3. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih sejak lama dikenal sebagai obat cacing alami karena kandungan senyawa aktifnya, seperti allicin, flavonoid, dan saponin. Allicin dapat mengganggu sistem saraf cacing hingga membuatnya lumpuh, bahkan mengikat gugus tiol (-SH) pada enzim vital seperti cysteine proteinase dan thioredoxin reductase, yang akhirnya merusak metabolisme serta sistem pertahanan
cacing, kondisi ini diperparah karena cacing memiliki kadar glutathione yang rendah sehingga lebih rentan terhadap stres oksidatif, yang berujung pada kematian (Reiter Jana et al, 2017). Flavonoid dalam bawang putih juga berperan dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga otot-otot cacing lumpuh dan membuatnya tidak bisa bertahan hidup (Pratama, 2021). Selain itu, saponin bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan membran sel cacing, menghambat kerja enzim, serta
mengiritasi saluran pencernaan cacing sehingga penyerapan nutrisinya terganggu, yang pada akhirnya membuat cacing melemah dan mati (Dalimartha, 2009; Mubarokah et al, 2019). Cara pemanfaatan bawang putih ini cukup sederhana, yaitu dengan mengonsumsi bawang putih mentah secara langsung atau membuat teh dari bawang putih giling yang diminum setiap pagi dalam kondisi perut kosong selama sekitar satu minggu. Penggunaan rutin, ramuan alami ini dipercaya efektif membantu melemahkan dan membersihkan cacing dari dalam tubuh.

4. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Rimpang temulawak diketahui mengandung kurkuminoid dan minyak atsiri yang tidak hanya berfungsi sebagai antimikroba, tetapi juga mampu melemahkan aktivitas cacing parasit. Selain itu, temulawak mendukung fungsi hati, menambah nafsu makan, dan membantu meningkatkan berat badan, sehingga sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Khasiat temulawak sebagai anthelmintik diduga berasal dari minyak atsirinya yang dapat menghambat kerja asetilkolin sehingga kontraksi otot polos pada cacing melemah, kondisi ini mengganggu proses perkembangan dan kelangsungan hidup cacing tersebut (Rismunandar, 2004). Namun, minyak atsiri memiliki sifat mudah menguap karena memiliki titik didihnya rendah, sehingga proses ekstraksi secara tradisional cukup menantang, sehingga umumnya diperoleh melalui metode penyulingan atau destilasi dari tanaman penghasilnya. (Nizma et al, 2015). Pemanfaatan temulawak sebagai obat cacing bisa dikonsumsi dalam bentuk rebusan rimpang yang diminum secara rutin, diolah menjadi serbuk atau kapsul herbal, bahkan dicampurkan ke dalam jamu tradisional, sehingga lebih praktis dan mudah digunakan sebagai terapi alami.


Tantangan dan Prospek
Walaupun potensinya besar, pemanfaatan tanaman sebagai obat antiparasit masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah konsentrasi fitokimia yang bisa berbeda-beda tergantung cara tanam, umur panen, hingga metode pengolahan. Selain itu, penelitian ilmiah lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menentukan dosis yang tepat dan aman bagi manusia. Meski begitu, peluang pengembangan obat herbal berbasis tanaman sangat terbuka, terutama sebagai alternatif yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan.


Kesimpulan
Tanaman sehari-hari seperti pepaya, kelor, bawang putih, dan temulawak menyimpan rahasia kimia yang bermanfaat untuk mencegah dan mengatasi penyakit cacingan. Kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, tanin, dan allicin terbukti mampu melemahkan bahkan membunuh cacing parasit. Pemanfaatan tanaman ini dapat menjadi solusi alami yang lebih berkelanjutan dibandingkan penggunaan obat sintetis semata. Penelitian yang lebih mendalam dengan, tanaman-tanaman tersebut berpotensi besar dikembangkan sebagai obat herbal modern yang aman dan mudah dijangkau masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun