Mohon tunggu...
NOVA PUTRI DIANA
NOVA PUTRI DIANA Mohon Tunggu... -

~Freedom Writers, Moody, Freelancer, and Newbi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masih Ingat Budaya Talaman di Pondok Pesantren?

21 April 2019   23:13 Diperbarui: 22 April 2019   08:36 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Salah satu karakteristik pesantren salaf yakni budaya "muluk" (makan pakai tangan) bareng-bareng, dibeberapa daerah hal ini dikenal dengan sebutan "mayoran". Dahulu makan beralasakan daun pisang tua yang ditata memanjang dengan tujuan agar cukup untuk makan banyak orang, saying saat ini sudah mulai jarang ditemukan. Selain karena tujuan untuk meminimalisir tenaga untuk mencuci dan peralatan yang mungkin saja minim, juga bertujuan untuk mempererat ukhuwan paseduluran. 

Ketika duduk berdempetan dengan banyaknya orang yang semuanya juga ingin mendapatkan makan dan ngalap barokah, maka mau tidak mau harus siap duduk berdempetan dan didempeti teman yang lainya. Mari kita bayangkang dengan jarak sedekat itu, apa mungkin tidak sampai ada obrolan, bertanya nama misalnya.

Budaya dipondok ketika talaman, biasanya para santri tidak memilah harus dengan siapa dia makan dan harus bagaimana cara memakanya. Pokok tempat dimana dia duduk, ya bersama orang yang ada disekelilingnya dia akan makan. Disisi lain, makan bareng-bareng di talaman juga diyakini menambah kenikmatan rasa makanan itu sendiri. Bahasa jawanya "royokan" yen ora biso ngroyok disik yo bakal kentekan (kalau tidak bisa duluan dan cepat makanya akan kehabisan).

Dizaman yang serba modern yang semua hal juga harus difikir secara rasional, dunia medis yang tidak lagi sepernuhnya percaya dengan hal yang berkaitan dengan ketidaknyataan. Sebagian dari mereka mengatakan untuk menjaga kehigenisan maka pola makan harus di atur. Makan harus pakai sendok, bersentuhan dengan tangan-tangan lain menyebabkan ketidak sterilan kalau menyentuh langsung makanan. Sehingga budaya makan pakai tangan dan talam bareng-bareng sudah jarang, bahkan tidak di perkenankan lagi dibeberapa tempat ataupun pesantren. Makan bersama kini diartikan dengan makan pakai piring sendiri-sendiri, hanya saja makan ditempat yang sama. Rasanya akan nikmat sekali jika makan pakai tangan dan makanya bersama-sama sembari bercengkrama bercerita tentang pengalaman dan masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun