Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Buang Pancasilamu di Tong Sampah

1 Juni 2023   01:28 Diperbarui: 1 Juni 2023   01:31 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : sumberpost

Setiap tanggal 1 Juni seharusnya jadi hari sakral karena bangsa ini memiliki dasar negara. Lima Sila yang digali oleh bapak dan ibu bangsa. Bukan perkara mudah untuk menentukan dasar yang cocok untuk sebuah negara yang akan lahir.  Apalagi bangsa majemuk yang luasnya hampir setara dengan eropa.

Prosesnya memerlukan pemikiran brilian. Hanya Indonesia yang memiliki dasar negara yang dibuat khusus. Tarik ulur dan saling berdebat. Sila sila yang ada sekarang adalah buah kompromi kebangsaan yang bila menemui kebuntuan akan berimbas pada proses kemerdekaan.

BPUPKI yang mengadakan rapat dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dalam rapat tersebut mendengarkan pidato dari tokoh tokoh bangsa yang mengusulan dasar dasar negara. Tanggal 1 Juni giliran Bung Karno yang berpidato.

Dalam pidato Bung Karno tercetuslah Pancasila , lima dasar atau lima asas. "Di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi " Seru Bung Karno dalam pidatonya yang berapi api. Pada momen tersebut Bung Karno mengajak istrinya Fatmawati untuk duduk dan mendengarkan pidatonya secara langsung.

Gedung yang dipakai untuk rapat adalah Gedung yang berada dijalan Pejambon persis disamping Gedung Kementrian Luar Negeri. Gedung yang dibangun zaman Belanda itu beberapa kali digunakan ontuk berbagai kepentingan.

Sejatinya Pancasila dengan sila silanya baru diputuskan tim sembilan yang dibentuk kemudian. Baru pada tanggal 22 Juni 1945 Pancasila telah diputuskan dengan sila yang hampir mirip dengan yang kita kenal saat ini.

Hasil pembahasan tim sembilan dituangkan dalam Piagam Jakarta atau biasa disebut Jakarta Charter. Pancasila sebagai dasar negara dicantumkan dalam mukadimah UUD 1945. Penetapan resmi Pancasila sebagai dasar negar dilakukan satu hari pasca proklamasi 17 Agustus 1945.

Dalam pidato yang bersejarah Bung Hatta mengumumkan penghapusan tujuh kata dalam sila pertama, "Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya ".

Sejak tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi menjadi dasar negara hingga saat ini. Namun dalam sejarahnya Pancasila mengalami beberapa kali cobaan. Secara politik , Pancasila hampir saja tergantikan oleh ideologi lain.

Pada tahun 1956 Bung Karno mulai menyebut nyebut Nasakom ( Nasiomalis Agama Komunis) sebagai pilar negara.Hal inilah yang menjadi pemicu perpisahan Bung Karno dan Bung Hatta. Ditahun itulah Bung Hatta secara resmi mundur sebagai wakil presiden karena tak cocok bekerjasama dengan komunis dan menilai Bung Karno akan semakin otoriter.

Demokrasi Terpimpin yang diterapkan Bung Karno sejak 1959 mulai menguatkan konsep Nasakom. Bahkan secara gambling Bung Karno menyebutkan dalam sebuah pidato pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1961 Siapa yang setuju kepada Pancasila, harus setuju kepada NASAKOM; siapa yang tidak setuju kepada NASAKOM, sebenarnya tidak setuju kepada Pancasila," lantang Sukarno

Bung Karno juga menambahkan pidatonya dengan " Sekarang saya tambah : Siapa Setuju kepada UUD 1945 harus setuju dengan Nasakom  , siapa yang tidak setuju dengan Nasakom, sebenarnya tidak setuju kepada Undang undang dasar 1945. "

Pancasila benar benar mengalami cobaan yang berat termasuk UUD 1945 yang banyak diselewengkan saat orde lama.

Pancasila di Era Orde Baru

Pancasila lalu digaungkan dengan lantang saat orde baru. Pak Harto menyadari Pancasila harus menjadi dasar negara yang kuat. Pendidikan Pancasila lalu digalakkan. Penataran Pancasila diwajibkan sejak anak anak sekolah.

Lembaga Lembaga pengawal Pancasila didirikan seperti BP7. Era Orde Baru menjadikan Pancasila sebagai hal yang  'sakral' , Pancasila harus dihayati dan diamalkan. Namun sayang , di era orde baru juga otoriter semakin menguat. Rezim yang ternyata hanya mengakali Pancasila sebagai alat.

Tindak represif atas nama pengawalan Pancasila membungkam hampir semua lini. Mulai dari media massa, peraturan perundangan hingga parpol semua dikontrol secara sentralistik. Atas nama keamanan dan ketertiban untuk menjaga stabilitas negara.

Orde baru yang terlihat begitu loyal terhadap Pancasila dan UUD 1945 nyatanya tak sama dengan tindakan. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tumbuh subur. DPR tak bersuara, Media dibungkam, aktifis di culik, Mahasiswa di tekan.

32 tahun Orde baru memimpin atas nama Pancasila, Pembangunan didengungkan dengan Repelita. Pemilu dilangsungkan dengan 3 partai peserta. Pemenangnya selalu sama. Kekuasaan presiden sangat kuat dengan tangan militer.

Pak Harto akhirnya mengundurkan diri setelah mendapat tekanan dari mahasiswa dan rakyat. MPR dan DPR berbalik arah mendukung rakyat setelah gedungnya diduduki mahasiswa. Sejak itu era berganti dengan reformasi.

Dengan janji keterbukaan, hal kelam orde baru dibuang. Semua yang berbau orde baru harus dimusnahkan. Nasib Pancasila terombang ambing. Tak lagi dipaksakan menjadi satu satunya asas. Euforia Reformasi melupakan sejenak tentang Pancasila.

Dizaman Reformasi, UUD 1945 mengalami perubahan dan penambahan. Kekuasan presiden dibatasi, militer dikembalikan ke barak tak boleh ikut berpolitik, pemilu dibuka seluas luasnya. Puluhan partai ikut sebagai peserta.

Pancasila Saat Ini

Sejak keluarnya Keppres No 24 tahun 2016 , Presiden Jokowi mngeluarkan keputusan untuk menjadikan tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Di mata anak milenial Pancasila seakan hal yang jauh dan bahkan tak menarik untuk dibahas. Sebagai dasar negara Pancasila masuk kedalam ruang ruang terbatas dan tertutup. Anak muda secara umum tak terlalu paham akan Pancasila.

Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan. Baik secara ekonomi dan politik. Sebagai negara, Indoneia telah berkembang menjadi negara modern yang dalam tataran global telah diakui sebagai negara G20 , saat ini pun Indonesia dipercaya sebagai ketua ASEAN.

Secara ekonomi , prestasi Indonesia cukup membanggakan walau catatan kesenjangan masih menganga, tingkat kemiskinan masih tinggi, korupsi merajalela, hutang negara yang terus naik, Pendidikan yang belum merata. Akses Kesehatan yang masih terbatas.

Sila kelima Pancasila adalah sila yang harus terus diperjuangkan: Keadikan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kantong kemiskinan terus tumbuh, tak hanya di luar jawa. Jawa sebagai pulau utama saja masih menyimpan kemiskinan yang menyedihkan .

LIberasasi tumbuh dengan suburnya. Indonesia telah berubah menjadi negara dengan ekonomi liberal. Bandul harga sepenuhnya dikuasi pasar bebas. Kenaikan harga komiditas dikendalikan oleh 'mafia' harga. Saat harga minyak goreng naik secara tak terkendali, pemerintah hampir tak punya daya.

MInyak goreng seperti hilang dari pasaran Ketika pemerintah menetapkan batas harga tertinggi. Intervensi harga oleh pemerintah malah berujung kekacauan. Akibatnya Menteri Perdagangan harus mundur karena tak kunjung bisa menyelesaikan masalah kenaikan harga minyak goreng.

Liberalisasi terjadi didunia Pendidikan, hal ini menambah kesenjangan mutu Pendidikan. Sekolah mahal yang punya kualitas tentu hanya bisa dinikmati anak anak dari ekonomi menangah atas. Bagi yang tak memiliki uang hanya menikmati pendidikan ala kadarnya.

Pancasila saat ini hadapkan dengan liberalisasi, oligarki yang semakin subur dan kuat. Demokratisasi di dunia politik harus dikotori dengan politik uang. Bahkan alasan untuk memilih calon legislatif atau memilih parpol  hanya alasan tunggal :  uang.  Calon yang memilki banyak uang punya peluang lebih besar untuk terpilih.

Gagasan dan ide perubahan tak laku lagi. Apalagi idealisme. Kualitas anggota legislatif tentu akan dipenuhi oleh orang orang 'aneh'. Bisa jadi calon pemimpin bangsa yang akan menjadi calon presiden harus memiliki dana fantastis untuk meyakinkan rakyat  untuk memilihnya.

Lalu dimana Pancasila ? Semua orang seperti lupa nilai nilai luhur yang telah digali para founding fathers. Para pejabat  negara berlomba menumpuk harta dari jalan 'haram' lalu bangga mempostingmya di media sosial.

Anak anak muda lupa akan budaya bangsanya, karena terlalu sering menonton budaya orang lain. Bahkan lupa bahwa tak semua budaya dan gaya hidup bangsa lain cocok di tiru.Standar moral pun bergeser. Kehilangan jatidiri atau memang lupa diri ?

Pancasila sudah berumur lebih dari 78 tahun tapi pengaruhnya timbul tenggelam, nilai yang kekal dan abadi yang disebutkan Bung Karno nampaknya kalah pamor dengan kepentingan pribadi dan golongan.

Rasanya tak pantas kalau mengingatkan Jangan buang Pancasilamu di tong sampah. Karena sejatinya Pancasila jadi sumber inspirasi luhur bangsa ini. Siapapun kamu, ya kamu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun