Yogyakarta -- Di antara riuh aktivitas mahasiswa dan lalu lintas padat kawasan kampus, sebuah gerobak sederhana menarik perhatian banyak orang. Terletak di depan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya dan di belakang Kampus Sanata Dharma, gerobak ini menjual donat seharga Rp2.000 dengan ukuran yang tak biasa. Dibandingkan harga yang ditawarkan, ukuran donat tergolong besar, membuat banyak pembeli merasa mendapatkan lebih dari yang mereka bayar.
Donat yang dijual bukan sembarang donat. Jenisnya adalah donat kentang, dikenal dengan teksturnya yang lembut dan padat. Topping yang digunakan pun sederhana namun menggugah selera, yaitu gula halus yang menyelimuti permukaan donat. Selain varian polos dengan taburan gula, tersedia juga varian isi coklat, yang menjadi favorit pembeli karena lelehan coklatnya melimpah saat digigit.
Gerobak donat ini kerap menjadi incaran mahasiswa yang mencari jajanan murah dan mengenyangkan. Penjual biasanya mulai membuka lapak di pagi hari dan beroperasi hingga sore, mengikuti jam sibuk mahasiswa di sekitar dua kampus besar tersebut. Keberadaan gerobak ini telah menjadi bagian dari ritme kehidupan kampus, terutama bagi mereka yang membutuhkan camilan cepat dan hemat di tengah jadwal kuliah yang padat.
Dari segi penampilan, donat yang dijual tampak menarik. Bentuknya bulat sempurna dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari rata-rata donat pasar tradisional. Ketika dipegang, teksturnya terasa empuk namun padat, menunjukkan bahwa bahan dasarnya berkualitas dan diolah dengan baik. Lapisan gula yang melapisi permukaan donat polos membuat tampilannya menggiurkan, sementara donat isi coklat tampak mengundang dengan bagian tengah yang sedikit menggembung menandakan isi di dalamnya.
Proses produksinya dilakukan secara mandiri oleh pelaku usaha kecil yang memilih lokasi strategis di antara dua kampus ternama. Dengan modal gerobak sederhana dan resep turun-temurun, penjual mampu menjaga kualitas rasa serta konsistensi ukuran yang menjadi daya tarik tersendiri. Bahan-bahan yang digunakan, seperti kentang rebus, tepung, telur, dan mentega, diolah dengan cara tradisional untuk menciptakan donat yang empuk dan tidak berminyak.
Harga yang ditawarkan menjadi keunggulan utama dari usaha ini. Dengan hanya membayar Rp2.000, pembeli sudah bisa menikmati satu buah donat dengan rasa dan ukuran yang memuaskan. Di tengah meningkatnya harga bahan pokok dan jajanan pasar yang makin mahal, keberadaan donat ini menjadi pilihan yang logis dan menguntungkan bagi masyarakat sekitar kampus, khususnya mahasiswa yang hidup dengan anggaran terbatas.
Pola konsumsi masyarakat di sekitar lingkungan pendidikan memang cenderung mendukung hadirnya jajanan seperti ini. Donat murah bukan hanya soal harga, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal dalam memenuhi kebutuhan pangan sederhana yang terjangkau namun tetap berkualitas. Gerobak donat ini adalah cerminan nyata dari usaha mikro yang mampu bersaing di tengah maraknya makanan modern dan cepat saji.
Selain itu, keberadaan donat murah ini turut berperan dalam menjaga keberagaman kuliner tradisional di tengah gempuran makanan instan. Meskipun tampak sederhana, donat kentang adalah hasil adaptasi resep yang telah diwariskan secara turun-temurun, kemudian dikembangkan oleh pelaku usaha lokal agar tetap relevan dengan selera masyarakat masa kini.
Dari sisi ekonomi, gerobak ini juga menunjukkan bagaimana sektor informal tetap menjadi penyangga penting dalam perputaran ekonomi masyarakat kota, khususnya di kawasan pendidikan. Penjual donat tak hanya menghidupi dirinya sendiri, tetapi juga menyuplai kebutuhan konsumsi harian banyak mahasiswa, dosen, pegawai, hingga warga sekitar yang lalu-lalang di lokasi tersebut.
Tidak jarang pula pembeli membeli dalam jumlah banyak untuk dibagikan ke teman, dibawa pulang ke kos, atau dijadikan oleh-oleh ringan. Fenomena ini menunjukkan betapa besar potensi ekonomi dari usaha kecil seperti penjualan donat keliling, asalkan dikemas dengan kualitas produk dan strategi lokasi yang tepat.
Meski hanya menggunakan gerobak dorong tanpa merek besar, usaha ini mampu bersaing dari segi kualitas dan harga. Donat yang dijual memberikan alternatif menarik di antara deretan kafe dan restoran mahal di sekitar kampus. Jajanan ini bukan hanya menjadi pemadam lapar sejenak, tetapi juga bagian dari pengalaman kuliner mahasiswa yang melekat dalam ingatan.
Di tengah kehidupan kampus yang dinamis dan penuh tantangan, kehadiran donat murah dua ribu ini memberikan warna tersendiri. Sebuah solusi sederhana untuk perut yang lapar, tanpa harus menguras isi dompet. Lebih dari itu, ia menjadi bukti bahwa kelezatan dan kepuasan tidak selalu harus datang dari tempat mahal, melainkan dari gerobak kecil yang setia hadir setiap hari dengan cita rasa yang jujur dan ukuran yang tak pelit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI