Peran komunitas juga tidak kalah penting. Komunitas warga, karang taruna, atau organisasi lingkungan bisa mengambil bagian dalam menjaga kebersihan, misalnya dengan mengadakan aksi bersih-bersih rutin, mengawasi lingkungan sekitar, dan melaporkan pelanggaran kepada pihak berwenang. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin besar kemungkinan terciptanya perubahan perilaku kolektif.
Membangun budaya bersih memang membutuhkan waktu dan konsistensi. Dibutuhkan teladan nyata dari tokoh-tokoh masyarakat, pemimpin daerah, dan bahkan dari sesama warga. Ketika seseorang melihat bahwa orang lain membuang sampah pada tempatnya, mereka cenderung ikut meniru perilaku positif tersebut. Sebaliknya, jika melihat banyak sampah berserakan, orang akan merasa tidak ada salahnya menambah satu sampah lagi.
Pada akhirnya, menjaga kebersihan jalanan adalah bagian dari membangun peradaban yang lebih baik. Papan larangan "Dilarang Membuang Sampah di Sini" seharusnya tidak hanya dilihat sebagai tulisan formal semata, tetapi sebagai panggilan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Setiap individu memiliki peran, sekecil apapun, dalam menciptakan ruang publik yang bersih, sehat, dan nyaman.
Mari kita mulai dari diri sendiri. Jangan tunggu orang lain. Buanglah sampah pada tempatnya. Hargai ruang publik sebagaimana kita menghargai rumah kita sendiri. Karena jalanan yang bersih bukan hanya membuat lingkungan lebih indah, tetapi juga mencerminkan karakter masyarakat yang berbudaya, beretika, dan bertanggung jawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI