Mohon tunggu...
nouval farand
nouval farand Mohon Tunggu... Saya sebagai mahasiswa universitas negeri Yogyakarta

Saya memiliki kecaboran sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kurangnya Nilai Kemanusiaan dan Keadilan Dalam Dunia Olahraga di Indonesia

13 Oktober 2025   20:43 Diperbarui: 13 Oktober 2025   20:41 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Olahraga sejatinya merupakan sarana untuk menumbuhkan semangat sportivitas, perjuangan, dan kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat. Melalui aktivitas olahraga, nilai-nilai moral seperti kejujuran, kerja keras, solidaritas, dan rasa saling menghormati dapat terinternalisasi dalam diri individu, sekaligus memperkuat karakter bangsa. Akan tetapi, kondisi aktual dunia olahraga di Indonesia belum sepenuhnya mencerminkan idealisme tersebut. Fenomena minimnya penghargaan terhadap aspek kemanusiaan dan keadilan di berbagai level sistem olahraga nasional menunjukkan adanya krisis nilai yang serius. Situasi ini tidak hanya menghambat perkembangan olahraga itu sendiri, tetapi juga mengancam masa depan generasi atlet Indonesia.

1. Krisis Kemanusiaan dalam Dunia Olahraga

Konsep kemanusiaan dalam olahraga seharusnya dimaknai sebagai perlakuan terhadap atlet secara utuh sebagai manusia yang memiliki hak, kebutuhan, dan martabat. Atlet bukan semata-mata instrumen untuk meraih prestasi atau kebanggaan nasional, tetapi individu yang perlu dijamin kesejahteraannya. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya: banyak atlet yang setelah pensiun hidup dalam kesulitan ekonomi karena tidak memiliki jaminan kesejahteraan, pelatihan keterampilan pascakarier, maupun dukungan sosial dari pemerintah. Mereka yang dahulu berjasa mengharumkan nama bangsa justru dibiarkan terpinggirkan setelah tidak lagi berada di puncak prestasi.

Selain itu, kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental atlet sering kali tidak menjadi perhatian utama. Banyak pelatih atau lembaga pembinaan yang menuntut latihan ekstrem tanpa mempertimbangkan kondisi emosional dan fisik atlet, terutama mereka yang masih berusia muda. Terdapat pula kasus kekerasan verbal, fisik, dan perlakuan tidak manusiawi dalam proses latihan yang menyebabkan trauma dan menurunkan motivasi atlet. Fenomena tersebut jelas bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam dunia olahraga profesional.

2. Keadilan yang Belum Terwujud

Aspek keadilan dalam olahraga meliputi proses seleksi, pemberian penghargaan, serta distribusi fasilitas dan sumber daya secara merata. Idealnya, setiap atlet memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang berdasarkan kemampuan dan dedikasi. Namun, praktik di lapangan menunjukkan adanya ketimpangan dan bias sistemik. Proses seleksi atlet kerap diwarnai oleh nepotisme, intervensi politik, dan kepentingan pribadi, sehingga menyingkirkan mereka yang sebenarnya berpotensi besar. Akibatnya, prestasi olahraga nasional sulit berkembang secara berkelanjutan karena proses pembinaannya tidak didasarkan pada meritokrasi.

Ketidakadilan juga tampak dalam perbedaan fasilitas antara daerah. Atlet di wilayah perkotaan memiliki akses luas terhadap sarana modern, pelatih berkualitas, dan dukungan finansial, sementara atlet dari daerah terpencil sering berjuang dengan fasilitas seadanya. Ketimpangan ini tidak hanya merugikan atlet secara individu, tetapi juga menghambat pemerataan prestasi nasional. Lebih jauh lagi, sistem penghargaan terhadap atlet berprestasi sering tidak proporsional. Ada atlet yang telah berjuang di ajang internasional tetapi belum menerima haknya secara layak, sementara pihak lain yang tidak berkontribusi langsung justru memperoleh keuntungan. Ketidakadilan semacam ini berpotensi meruntuhkan semangat generasi muda untuk menekuni dunia olahraga

3. Dampak terhadap Masa Depan Olahraga Indonesia

Absennya kemanusiaan dan keadilan dalam sistem olahraga nasional tidak hanya menimbulkan masalah etis, tetapi juga berdampak langsung terhadap kualitas pembinaan dan prestasi. Atlet yang diperlakukan tidak manusiawi atau tidak mendapat penghargaan yang layak akan kehilangan motivasi untuk berlatih. Dalam jangka panjang, situasi ini menciptakan ketidakpercayaan antara atlet, pelatih, dan lembaga olahraga. Kondisi tersebut juga dapat menurunkan minat generasi muda untuk berkarier di bidang olahraga karena mereka melihat adanya ketidakpastian dan ketimpangan sistemik. Bila keadaan ini terus berlangsung, proses regenerasi atlet unggul akan terhambat dan prestasi olahraga Indonesia di kancah internasional akan mengalami stagnasi.

4. Jalan Menuju Perubahan

Untuk mengatasi krisis nilai kemanusiaan dan keadilan tersebut, diperlukan reformasi menyeluruh dalam tata kelola olahraga nasional. Langkah pertama adalah memperkuat perlindungan terhadap hak-hak atlet dengan memastikan jaminan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan sosial selama serta setelah masa karier mereka. Pemerintah dan lembaga olahraga harus menempatkan atlet sebagai subjek utama, bukan sekadar alat pencapaian prestasi. Selanjutnya, prinsip transparansi perlu ditegakkan melalui sistem seleksi yang objektif dan mekanisme pengawasan publik yang independen agar praktik kecurangan dan nepotisme dapat diminimalisasi. Terakhir, pendidikan nilai-nilai sportivitas, etika, dan kemanusiaan harus menjadi bagian integral dalam kurikulum pembinaan olahraga. Orientasi olahraga nasional perlu diubah dari sekadar pencapaian medali menjadi pembentukan manusia yang berintegritas dan berkarakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun