Mohon tunggu...
Nora Oya
Nora Oya Mohon Tunggu... Buruh - “If you think you are too small to make a difference, try sleeping with a mosquito.” - Dalai Lama

rakyat biasa, ibu seorang putra, yang pecinta binatang, pemerhati budaya dan pecinta wastra

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Denyut Sakral Sang Penenun dari Tanah Sumba

11 November 2019   00:02 Diperbarui: 12 November 2019   05:13 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain dari Sumba (Foto: Wahyu Sigit)

Kain dari Sumba (Foto: Wahyu Sigit)
Kain dari Sumba (Foto: Wahyu Sigit)
Konsep Sakral Proses Mewarnai 

Sudah tahukah bahwa proses pewarnaan dalam tenun ikat Sumba Timur selalu diidentikkan dengan pekerjaan perempuan? Laki-laki dianggap tidak pantas atau pamali untuk melakukan pekerjaan tersebut, khususnya dalam meramu pewarnaan biru. 

Ada nilai sakral dalam proses pewarnaan biru, misalnya bahwa lokasinya harus  berjarak dengan rumah tinggal, bahkan pada masa lalu selalu  berada jauh dari perkampungan. 

Intinya proses ini jauh dari aktivitas manusia lainnya. Pantang bagi laki-laki, perempuan yang sedang hamil atau menstruasi untuk singgah di lokasi pewarnaan biru. Jika dilanggar maka proses pewarnaan akan gagal.

Proses pewarnaan yang sulit, beresiko, dan tuntutan pasar yang tinggi telah membuat perubahan budaya tenun ikat Sumba pada masa kini, pertama adalah keterlibatan laki-laki, kedua adalah penggunaan pewarna kimia.

Tangan bekas celup nila yang berwarna biru dianggap sebagai 'tangan yang kotor dan berbahaya'. Demikian pula dengan bau menusuk dari proses pembuatan pewarna alami biru dianggap sebagai bau yang  'tidak enak.' 

Hal-hal tersebut menambah jumlah kaum muda yang menghindari proses alami dan memilih menggunakan zat kimia, yang ternyata itu lebih berbahaya.

Masyarakat Sumba sesungguhnya telah membangun konsep betapa terhormatnya melakukan proses pewarnaan alami ini, pantangan-pantangan yang ada, lokasi yang berjarak dari rumah tempat tinggal, serta ritual yang dilakukan sebelum berproses adalah bukti bagaimana nilai penting dan sakral dari pewarnaan alami tersebut ada dalam kehidupan masyarakat Sumba. 

Pewarnaan alami menjadi tantangan besar yang harus dihadapi untuk tetap dipelihara keberadaannya pada masa paska milenium ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun