Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Praktisi Sustainability yang fokus pada dekarbonisasi industri, pengelolaan emisi, dan penerapan green policy. Melalui tulisan di Kompasiana, saya mengajak pembaca memahami tantangan dan peluang menuju industri hijau yang kompetitif secara global.

Berbagi wawasan dan strategi menuju masa depan industri yang rendah emisi dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

EV dan Masa Depan Energi: Menuju Jalan Tanpa Asap, Tapi Bukan Tanpa Tantangan

2 Agustus 2025   19:31 Diperbarui: 3 Agustus 2025   16:13 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supply Chain Management of EV (Sumber: AI Picture)

Langkah kaki Jakarta menuju masa depan kian terdengar senyap. Bukan karena kota ini kehilangan hiruk pikuknya, tetapi karena suara knalpot makin jarang terdengar. Mobil dan motor listrik perlahan menggantikan dominasi kendaraan konvensional berbahan bakar fosil.

Inilah babak baru transportasi nasional. Kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menjadi simbol era rendah karbon yang digaungkan pemerintah dalam ambisi besar mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.


Jakarta Terdepan, Daerah Lain Tertinggal
Hingga pertengahan 2025, Jakarta mencatatkan 790 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan 587 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Ini menjadikan Ibu Kota sebagai wilayah dengan infrastruktur EV terlengkap di Indonesia.

Namun ketimpangan masih mencolok. Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, misalnya, belum menunjukkan infrastruktur memadai. Realisasi pembangunan EV memang melejit, tapi tantangan pemerataan antardaerah masih membayangi.

Menurut roadmap PT PLN (Persero) 2022, target 2.304 unit SPKLU dan SPBKLU di 2024 telah terlampaui. Ini menjadi bukti akselerasi berjalan cepat, tapi juga menggarisbawahi pentingnya fokus pembangunan infrastruktur di luar pusat pertumbuhan.


Net Zero Emisi: Ambisi, Tantangan, dan Harapan
Pemerintah melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) versi 3.0 menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 525,4 juta ton COe pada 2035. Menteri LHK Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa NDC disusun secara inklusif dan terintegrasi dengan agenda pembangunan nasional.

Strategi utama mencakup penghentian bertahap PLTU batubara, peningkatan target sektor kehutanan dan penggunaan lahan (FOLU), serta pencegahan kebakaran hutan. Di saat bersamaan, peran kendaraan listrik kian sentral, terutama karena sektor transportasi menjadi penyumbang emisi terbesar ketiga di Indonesia.

EV bukan hanya pengganti BBM dengan baterai. Ia adalah wajah baru industri otomotif dan simbol transisi energi yang sesungguhnya.


Potensi Besar, Tantangan Tak Kecil
Dengan cadangan nikel mencapai 40-45% dari pasokan global, Indonesia berpeluang besar memimpin rantai pasok baterai dunia. Target pemerintah mencakup 2 juta EV roda empat dan 13 juta roda dua pada 2030, dengan proyeksi penghematan energi 29,79 juta BOE dan pengurangan emisi hingga 7,23 juta ton CO.

Namun tantangan infrastruktur dan pasokan energi tak bisa diabaikan. Grid listrik nasional masih bertumpu pada batubara. Tanpa pasokan dari energi terbarukan, EV hanya akan memindahkan sumber emisi dari jalan raya ke pembangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun