Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membumikan Nilai Kartini, Menerjemahkan Tafsir Emansipasi

21 April 2022   12:30 Diperbarui: 21 April 2022   12:45 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tafsir Emansipasi didalam Toleransi

Emansipasi dalam KBBI disebutkan dalam dua makna; 1) pembebasan dari perbudakan, 2) persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak antara laki-laki dan perempuan). 

Emansi secara terminology agama (Islam) juga disebutkan dalam al-Ahzab (33): 35 dimana selagi dalam ketaatan, kesabaran, kekhusyu'an, berpuasa, bersedekah dan memelihara kehormatannya disediakan pahala oleh Allah tanpa membedakan kelaminnya apakah dia sebagai laki-laki maupun perempuan. 

Tak hanya dalam al-Qur'an, dalam al-Kitab pun disebutkan secara spesifik bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki dengan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga keduanya saling melengkapi (Kej 2:18-24). 

Sejarah yang cukup jelas dalam al-Kitab juga menyebutkan beberapa nama besar perempuan seperti Debora yang juga menjadi pemimpin dan Ruth yang meminta Boas untuk mengepakkan sayapnya dimana secara tafsir berarti kasih perdamaian yang ia dapatkan dari Tuhan dan digunakan bersama.

Emansipasi dari sisi terminologi memiliki kata kunci yang sama dengan toleransi, dimana menempatkan perilaku untuk menghormati, menghargai yang menghadirkan perdamaian dan kebragaman dengan 'ketersalingan', tentu bagi laki-laki dan juga perempuan. 

Secara etimologi, tolerare, justru sangat mendalam memaknai dalam keartian 'sabar' dan 'menahan diri' dengan menghormati berbagai pandangan, kepercayaan antar sesama manusia sekalipun bertentangan dengan apa yang kita yakini dari sisi perspektif.

Dua tafsir ini tentu menjadi refleksi yang sangat penting ditengah situasi yang saat ini kita hadapi pada 21 April 2022, dimana bertepatan dengan Ramdhan yang menjadi bulan suci bagi umat Islam untuk senantiasa 'menahan diri, bersabar, saling menjaga kehormatan dan menghormati' tanpa menciderai makna akan kesalehan atas perilaku dan sikap sebagai manusia tanpa memandang jenis kelamin.

Hari Kartini, sekaligus menjadi momentum tafsir yang baru, setelah melewati perjalanan panjang dari Pandemi Covid 19, menuju recovery dan jati diri sebagai negara yang besar dan 'agamis' sebagai nilai dan amalan yang 'ketersalingan' bukan 'kesombongan' atas harga diri yang merasa paling 'beragama'. Emansipasi menjadi kunci dan simbol dari perjuangan Kartini, atas bangunan relasi individu manusia yang 'setara' dan diperlakukan 'adil' sebagai makhluk sosial, sekaligus jembatan penghubung moral-etika-perilaku manusia yang kembali pada esensi sebagai makhluk Tuhan. 

Pada akhirnya terjawab sudah, mengapa Kartini begitu penting diperingati perjuangannya dan menjadi hari khusus yang harus selalu dikenang sepanjang zaman. 

Apa dan bagaimana gagasan Kartini tersampaikan untuk difahami sebagai ruh yang mampu memotivasi sebuah nilai 'kesetaraan', tak hanya kepada sesama manusia tanpa memandang kelamin melainkan nilai dan jiwa kita manusia kepada Tuhan sengan mengedepankan etika, perilaku dan 'memanusiakan manusia' serta menempatkannya sesuai dengan martabat dan nilai ke-Indonesia-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun