Mohon tunggu...
Noprianto
Noprianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya gemar dengan Pendidikan Politik Lingkungan Hidup dan membaca Buka sebab itu adalah motivasi untuk saya melangkah di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Partisipasi Pemilih Pemula (Gen-Z yang Berdaulat)

5 Februari 2024   15:47 Diperbarui: 5 Februari 2024   15:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Z yang Berdaulat (Dokpri)

Noprianto

nopriantokebang@gmail.com

PENDAHULUAN

Dalam era demokrasi kontemporer, peran generasi Z dalam proses pemilihan telah menjadi fokus utama pembicaraan. Generasi Z, yang sering disebut sebagai "Generasi Berdaulat," merupakan kelompok masyarakat yang terus berkembang dan memainkan peran penting dalam membentuk arah masa depan suatu negara. Namun, partisipasi pemilih pemula dari generasi ini masih menjadi tantangan yang perlu diatasi dalam upaya memperkuat dasar demokrasi.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, dibesarkan di tengah kemajuan teknologi yang pesat dan perubahan sosial yang signifikan. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan akses mudah ke informasi melalui internet dan media sosial, memperoleh pemahaman yang unik tentang politik dan keterlibatan warga dalam proses demokrasi. Namun, meskipun memiliki akses ke berbagai sumber informasi, partisipasi pemilih pemula dari generasi Z masih belum mencapai tingkat optimal.

Annamaria, (2011). Menyatakan bahwa Generasi Z merupakan kaum muda yang termasuk kedalam pengguna internet terbesar dan tertinggi dengan usia rata-rata berkisar antara 18-24 tahun. Golongan muda dengan rentang usia 18 sampai 24 tahun merupakan kelompok generasi Z, yaitu mereka yang lahir pada tahun 1995-2010 (Rakhman & Haryadi, 2019). Pada tahun 2018, David Stillman dan Jonah Stillman mengidentifikasi setidaknya tujuh ciri khas Generasi Z dalam penelitian mereka. Ciri-ciri tersebut adalah Digital, Hiper-Kostumisasi, Realistis, Fear of Missing Out, Economist, Do it Yourself, dan terpacu. Sebagai generasi yang praktis, mereka cenderung tidak takut pada perubahan karena mereka yakin bahwa teknologi dapat menyelesaikan semua hal. (Fitri et al., 2020)

Penting untuk memahami faktor-faktor yang membatasi partisipasi pemilih pemula agar dapat merancang strategi yang efektif untuk meningkatkannya. Salah satu hambatan utama yang dihadapi oleh generasi Z adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya peran politik mereka dalam membentuk kebijakan dan arah negara. Pendidikan politik yang terbatas di sekolah-sekolah dan kurangnya kesempatan untuk terlibat dalam diskusi terbuka tentang isu-isu politik telah menyebabkan ketidakpedulian terhadap proses pemilihan.

Selain itu, pengaruh media sosial yang kuat juga memiliki dampak yang kompleks pada partisipasi politik generasi Z. Meskipun media sosial memberikan platform yang potensial untuk menyebarkan informasi politik, seringkali informasi yang bersifat sensational dan polarisasi mendominasi. Hal ini dapat menyebabkan generasi Z merasa bingung atau bahkan terasing dari proses politik, mengurangi motivasi untuk terlibat.

Tidak hanya itu, tantangan lainnya adalah persepsi bahwa suara mereka tidak akan membuat perbedaan signifikan. Generasi Z mungkin merasa bahwa kebijakan dan keputusan politik yang diambil oleh pemimpin mereka tidak selalu mencerminkan nilai-nilai atau kepentingan mereka secara langsung. Perasaan ketidakpercayaan terhadap institusi politik dan keyakinan bahwa "sistem ini tidak bekerja untuk saya" dapat mengurangi motivasi untuk terlibat.

Ichlas et al., (2020). Menyatakan bahwa Partisipasi politik Generasi Z seperti ini memiliki peran penting dalam menunjukkan kepedulian terhadap negara, terutama karena sebanyak 55% atau 107 juta voters pemilu 2024 adalah pemuda dan sebagai mayoritas pemilih mereka berperan penting dalam menentukan masa depan Indonesia. Dalam pilpres 2019 contohnya, pemilih yang berada pada kelompok Generasi Z ternyata cenderung diperebutkan oleh kedua pasangan calon. Hal ini dilandasi dengan fakta bahwa penggabungan antara kelompok pemilih milenial dan Generasi Z (pemuda) dari segi jumlah mendominasi keseluruhan calon pemilih terdaftar. (Fitri et al., 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun