Alokasi waktu yang tak sebanding dengan porsi materi
Â
Waktu sangat mempengaruhi keefektifitas sebuah kegiatan. Semakin efektif dan efisien seseorang dalam menggunakan waktu maka semakin optimal pula hasil yang diperoleh. Begitupun dengan waktu belajar di sekolah. Kita biasanya sering belajar di sekolah selama kurang lebih 12 jam sampai 14 jam tergantung sekolahnya.Â
Kalau melihat dari pembagian waktunya, ada pembagian waktu antara jam mata pelajaran dan jam istirahat. Dalam satu jam pembelajaran pun pasti berbeda-beda waktu dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah ke atas. Namun bila kita melihat perbandingan antara banyaknya waktu pembelajaran mapel agama atau pendidikan agama Islam antara sekolah umum dengan madrasah akan sangat berbeda jauh. Sekolah umum hanya memiliki dua jam mapel PAI sekali dalam seminggu. Sedangkan di madrasah mapel PAI masih dipecah menjadi lima mapel yaitu aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, qur’an hadits dan bahasa arab. Sehingga tiap-tiap mapel pai tersebut juga mendapatkan jam masing-masing dalam setiap pertemuannya dalam seminggu.Â
Memang terkesan tidak adil bila melihat perbandingan jumlah jam pelajaran pai di sekolah umum yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran di madrasah. Mengingat pembelajaran agama itu sangat penting untuk perkembangan moral dan religiusitas bangsa kita ini yang telah mengalami penurunan semenjak kita tak sengaja mengikuti era globalisasi yang terkesan banyak pertukaran budaya asing baik positif maupun negatif.
Padahal bila kita melihat materi atau isi pembelajaran yang diajarkan pada siswa sekolah umum ternyata cukup banyak dan luas karena pai ini telah mencakup dan meringkas dari keseluruhan materi pada lima mapel pai yang ada di madrasah. Seperti materi sejarah, tajwid atau hukum bacaan, hukum fiqih (contoh mengenai rukun Islam dan rukun iman), dll. Kenyataannya guru pai juga mengalami kendala terhadap waktu yang telah ditentukan pemerintah yang hanya dua jam mata pelajaran dan hanya sekali dalam seminggu. Kendalanya ialah kurangnya waktu yang disediakan dalam menyampaikan materi ajar sehingga target penyelesaian materi ajar tidak tercapai bahkan banyak siswa yang mendapatkan nilai kurang memuaskan ketika dilakukan ujian.Â
Melihat kenyataan diatas, sebaiknya guru pai bersama kepala sekolah terkadang memberikan solusi dengan membuka dan mengadakan ekstrakurikuler BTA (baca tulis qur’an) dan IMTAQ (Iman dan Taqwa), ini dimaksudkan untuk menjadi jam tambahan dari mpel pai diluar KBM, agar siswa terbekali dari aspek religiusitas atau keagamaan yang cukup setelah ia lulus dari sekolah. Ada juga organisasi siswa yang diadakan untuk mendukung keagamaan siswa di sekolah yaitu ROHIS. Memang tak bisa dipungkiri bahwa mata pelajaran PAI masih dikesampingkan oleh sekolah umum berbeda dengan madrasah yang notabenenya mengajarkan materi PAI dengan porsi yang cukup banyak. Untuk itulah, hal ini diharapkan menjadi perhatian yang sangat penting bagi pemerintah dalam mata pelajaran PAI agar para siswa di negara kita menjadi penerus bangsa yang beragama, bermoral dan berbudi pekerti yang luhur sesuai dengan cita-cita bangsa. Semoga bermanfaat dan terima kasih.Â
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI