"Dari Nira ke Kamera: Cerita Manis Gula Aren di Desa Matang Hanau Kecamatang Lampihong Kabupaten Balangan"
BALANGAN- Di tengah arus modernisasi yang semakin deras, masih ada tradisi yang bertahan kokoh dan tetap diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah tradisi pembuatan gula aren di Desa Matang Hanau, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Bagi masyarakat desa ini, gula aren bukan hanya sekadar bahan pemanis alami, tetapi juga bagian dari budaya lokal yang sarat dengan nilai kebersamaan, kerja keras, dan kearifan hidup yang sederhana namun bermakna dalam.
Melalui program kerja kelompok KKN-7 UMBJM, kami mencoba merekam jejak tradisi tersebut dalam sebuah video dokumenter berdurasi tiga menit. Proses dimulai dengan mengamati langsung aktivitas petani yang memanjat pohon enau setinggi belasan meter. Dengan keterampilan yang diwariskan sejak lama, mereka menyadap nira dari pohon hanau menggunakan tangga bambu, lalu menampung tetesan cairan manis itu dalam wadah jerigen.
Nira segar yang terkumpul kemudian dibawa pulang dan direbus dalam kuali besi besar di atas tungku kayu bakar tradisional. Proses perebusan bisa berlangsung hingga berjam-jam, sambil terus diaduk agar nira tidak gosong. Perlahan, cairan jernih itu berubah menjadi pekat, berwarna cokelat keemasan, dan mengeluarkan aroma harum khas gula aren. Setelah cukup kental, cairan panas dituangkan ke dalam cetakan wadah plastik, lalu dibiarkan mengeras menjadi gula padat yang siap digunakan.
Tidak hanya sekadar teknis, dalam video ini juga kami tampilkan cerita dari para pengrajin gula aren, seperti Pak pansah, yang sudah puluhan tahun menekuni pekerjaan ini. Mereka bercerita bagaimana tradisi membuat gula aren telah menghidupi keluarga, menjadi bagian dari keseharian, sekaligus simbol identitas desa. Mereka berharap generasi muda tetap menghargai dan mau meneruskan tradisi ini agar tidak hilang ditelan zaman.
Bagi kami, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga. Kami belajar bahwa membuat video bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soal kepekaan membaca nilai kehidupan masyarakat. Dari nira yang menetes perlahan di batang pohon hanau, hingga gula padat yang terbentuk di cetakan sederhana, kami menemukan pelajaran tentang kesabaran, ketekunan, rasa syukur, dan kebanggaan pada warisan budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI