Aku harus bisa memenangkan duel ini demi the Queen Hearts. Pedangku sudah mengkilap dan nyaliku tak lagi ciut demi orang yang kusayang.
The Queen Hearts gadis tercantik yang bisa mengerti aku. Memang dia sudah seharusnya ditakdirkan denganku tanpa harus ada sayembara memperebutkannya. Dia juga mencintaiku, kita selalu berdampingan dengan kekurangan dan kelebihan yang ada.
The King Hearts namaku jadi memang kami adalah pasangan yang sempurna, walau senyatanya kita tak sesempurna dalam kehidupan nyata.
Aku yang takut memainkan pedang saat harus berhadapan dengan Ten Black Kinks. Sosok yang mempunyai angka tertinggi, dan aku selalu pusing saat melihat wujud angka-angka menjelma jadi tubuh. Seakan pedang yang aku ayun-ayunkan pun sepertinya tak akan fokus mengenai badannya yang tak kalah membidang denganku.
"The King Hearts  kamu harus lawan rasa takutmu demi mendapatkan ku atau kamu kehilangan aku selamanya," kamu memohon aku melawan rasa takutku dengan lawan yang bertubuh angka sepuluh.
"Kamu tahu Queen Hearts aku paling lemah saat berhadapan dengan angka! Kita sama sepertimu saat dihadapkan dengan wujud huruf!" seruku untuk mengingatkan apa yang menjadi titik lemahku dan titik lemah gadis yang paling aku cintai.
Demi aku King Hearts kamu harus melawannya, arahkan pedangmu dan fokus robek angka itu sehingga kau bisa taklukan dia dan kau menang untuk babak penyisihan!" Gadis yang kupuja sangat menyemangatiku, saatnya aku melawan kelemahanku dan tak ada satu pun yang bisa menjauhkan aku dari sisinya.
Demi cintaku pedangku dan pedang Ten Black Kinks saling beradu mengeluarkan suara kebencian dan sinar berkikat-kilat, aku melihat angka sepuluh menertawakanku dan membuatku sesaat melemah. Aku tak bisa mengingatnya dan jika ingatan ini hilang tanpa sempat aku tebas maka aku akan kehilangan Queen Hearts selamanya.
Tidak! Aku harus melawannya! Aku ingat! Otakku bisa mencerna angka sepuluh dengan baik. Dan kali ini tebasan pedangku menghancurkan kesombongan angka sepuluh keriting yang hancur luluh lantah menjadi serpihan-serpihan berterbangan.
"Aku berhasil My Queeen ... aku ... ber ... has ...." Â
Tapi tiba-tiba,"Sreeeet!" Pangeran As Sang Pengintai menghancurkan mimpi kami.