Mohon tunggu...
Noor Halimah
Noor Halimah Mohon Tunggu... -

seorang yang ingin terus belajar tuk memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kata Mereka Tentang #Bahasadankita

20 September 2012   07:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio


Aku sering dilanda emosi  karena permasalahan bahasa, di masa laluku, saat aku masih bekerja. Sampai-sampai aku berpikiran, apakah hanya aku saja yang begitu 'rewel' tentang bahasa, terutama dalam hal penggunaannya pada sebuah situasi formal. Aku pun pernah membuka sebuah diskusi kecil tentang dini di jejaring sosial. Memang nggak banyak yang benar-benar menanggapi 'pancingan' diskusiku saat itu.
Salah satu yang memberi tanggapan serius saat itu adalah bu Suning, beliau adalah dosenku semasa aku kuliah. Beliau juga terkait dengan urusan akademik di jurusanku, terutama dalam pengembangan e-learning. Ia sependapat bahwa ada beberapa etika penulisan. Diperlukan sebuah proses dalam rangka penyadaran akan hal tersebut.
"Biasanya kalau ibu mendapatkan kalimat yg semua huruf besar terus ibu langsung memaklumi saja bahwa orang ini belum mengetahuinya. Beberapa kali ibu memberi semacam workshop tentang etika penulisan e-mail & tulisan di jejaring sosial dan ibu mendapatkan kesimpulan sementara bahwa institusi2/perusahaan perlu secara intensif memberi pengetahuan tentang masalah ini. Karena kadang dampak sosialnya besar. "
(Suning, Februari 2011)

Komentar lain datang dari seorang teman yang kala itu berprofesi sebagai seorang wartawan.
"Ya itulah bahasa sepanjang jaman selalu akan termodifikasi.Yang masih mempertahankan EYD salah satunya tulisan berita.."
(Laely, Februari 2011)
Sebuah kesimpulan yang kuambil dari beberapa komentar yang ada, bahwa bahasa memang akan mengalami perkembangan dan modifikasi seiring dengan waktu dan perkembangan jaman. Namun demikian, tetap diperlukan adanya sebuah etika sebagai batasan agar #bahasadankita tidak lantas kehilangan jati diri. Kita tidak perlu bersikap resisten sepenuhnya, melainkan diperlukan sikap selektif untuk mempertahankan kesantunan bahasa, karena semua akan menjadi biasa jika sudah terbiasa,  sebagaimana diungkapkan seorang guru bahasa inggris SMAku.
"Menurut ibu kita tidak boleh resisten terhadap perubahan, coz as u know the world's changing, everything's changing. Bisa jadi yang sekarang dianggap something odd nanti bisa common aja, karena bahasa itu sendiri arbitret."
(Komariyah, Februari 2011)
Itu diantara pendapat mereka tentang #bahasadankita, bagaimana dengan kamu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun