Rumah Itu Bocor

Noor Johan Nuh

Hujan  terus menerus beberapa hari di akhir Januari 2002 membuat 168 kelurahan atau sekitar 24%  wilayah Jakarta tergenang banjir. Selain menenggelamkan sebagian Jakarta, banjir itu juga menelan korban 21 orang meninggal dunia. 

Di satu rumah, hujan terus menerus itu mengakibatkan sambungan genteng yang memang sudah rapuh  tergerus air sehingga genteng bergesar  mengakibatkan air menembus plafon dan tumpah ke lantai.

Air yang tumpah ke lantai  diatasi oleh Sweden dengan mengerahkan beberapa ember---menampung air hujan yang menembus plafon masuk ke dalam rumah tempat tinggal Soeharto di Jalan Cendana nomer 8.  Sweden adalah pengawal  setia yang terus mendampingi Soeharto sampai menutup mata.

Sejak ditetapkan sebagai Pejabat Presiden pada Maret 1967, Soeharto pindah dari Jalan Agus Salim  ke Jalan Cendana no 8. Kepindahan ini adalah demi alasan keamanan semata di mana di sekitar rumah Jalan Agus Salim terdapat gedung-gedung tinggi seperti  Sarinah, Wisma Nusantara---hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah keamanan bagi presiden.

Jika presiden pertama, Soekarno dan keluarga memilih tinggal di Istana, Soeharto tetap tinggal di Jalan Cendana no 8.  Alasannya, demi kepentingan anak-anaknya agar tidak terpisahkan dari masyarakat. "Pergaulan anak-anak saya tentu masih lebih bebas daripada kalau mereka tinggal di Istana", ungkap Soeharto di otobiografinya.

Rumah Jalan Cendana no. 8 juga digunakan  untuk menerima tamu termasuk tamu negara. Ratu Juliana dan Pangerang Bernhard adalah salah satu tamu negara yang diterima oleh Presoden Soeharto di rumahnya.

Tidak semua tamu diterima di Istana atau Bina Graha (kantor presiden) karena untuk Presiden pergi  ke sana memerlukan biaya yang tidak kecil. Pengawalan presiden  dari rumah ke Istana atau ke Bina Graha memerlukan biaya pengamanan dan keamanan, ditambah lagi lalu lintas terganggu oleh rangkaian konvoi kepresidenan. Dapat dibayangkan, betapa besar biaya yang harus dikeluarkan jika presiden hampir setiap hari keliling Indonesia.

Selama 31 tahun meminpin Indonesia, Istana Merdeka, Bina Graha, dan rumah Jalan Cendana no 8, menjadi tempat kerja Presiden Soeharto,  24 jam sehari.                                                                                                                                                        

Dikatakan 24 jam sehari karena kerap kali Presiden Soeharto yang sedang tidur pulas tengah malam dibangunkan oleh ajudan untuk melaporkan satu hal yang tidak bisa ditunda untuk segera dilaporkan kepada  presiden.

Salah satunya pada saat pesawat Garuda Woyla dibajak dan diterbangkan ke Bangkok. Tengah malam pukul 02.00,  ajudan membangunkan Presiden Soeharto  menyampaikan laporan dari  Kepala BAKIN Jenderal Yoga Sugama yang saat itu berada di lapangan udara Dong Muang, Bangkok.