Sejarah mencatat, dalam  mempertahankan eksistensi kemerdekaan, terjadi berbagai pertempuran di wilayah Indonesia.  Mulai dari Pertempuran Kotabaru di Yogyakarta (Oktober 1945), Pertempuran Medan Area (Oktober 1945), Pertempuran 5 Hari di Semarang (Oktober 1945), Pertempuran Surabaya (November 1945), Palagan Ambarawa (Desember 1945), Bandung Lautan Api (Maret 1946),  Pertempuran Puputan di Bali (April 1946), Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang (Januari 1947), dan berbagai pertempuran lainnya  di berbagai daerah di Indonesia.  Namun, sejarah mencatat pula bahwa  Serangan Umun 1 Maret 1949 adalah pertempuran terakhir mengusir penjajahan di Indonesia.
Serangan Umum 1 Maret, menguak kebohongan Belanda yang menyebut Republik Indonesia sudah tidak ada, sekaligus pembangkangan Belanda atas keputusan Perserikatan Bangsa Bangsa yang memerintahkan pembebasan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditahan setelah Belanda melakukan agresi milier kedua.
Serangan Umum 1 Maret menjadi entry point ke Perundingan Roem-Royen, berlanjut dengan pengakuan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949 melalui Konfrensi Meja Bundar. Serangan Umum 1 Maret menjadi titik kulmunasi perjuangan Indonesia dalam memperthankan eksistensi kemerdekaan. Juga tercatat dalam sejarah bahwa dalam pergolakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hampir empat tahun Yogyakarta sebagai Ibukota Perjuangan---menyelamatkan Republik Indonesia.
Jika perlawanan heroik arek-arekSuroboyo di awal perang kemerdekaan---bertempur habis-habisan melawan  tentara Belanda yang membonceng tentara Sekutu pada 10 November 1945,  diperingati sebagai "Hari Pahlawan", Yogyakarta sebagai Ibukota Perjuangan sepatutnya juga diperingati dan dikenang dengan menetapkan Serangan Umum 1 Maret,  yang adalah  serangan terakhir mengusir penjajahan di Indonesia---sebagai "Hari Perjuangan."