Mohon tunggu...
Heni Suhertini
Heni Suhertini Mohon Tunggu... Guru - human

just human

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Emansipasi Perempuan dalam Melawan Kapitalisme

18 Februari 2020   07:01 Diperbarui: 18 Februari 2020   07:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Internasionale Sosialis yang mendeklarasikan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional pada 1910 -- suatu hari bagi tuntutan-tunutan perempuan. Pada waktu itu, salah satu isu utamanya adalah hak perempuan untuk memberikan suara dalam pemilihan umum. 

Perempuan dari kelas atas dan borjuis kecil, yang memimpin gerakan perempuan waktu itu, melihat perjuangan untuk mendapatkan hak suara adalah tujuan pada dirinya sendiri. 

Sementara itu, gerakan buruh memandang hak suara sebagai sarana untuk memperjuangkan kesetaraan dan pembebasan yang riil bagi semua perempuan. Itulah sebabnya para pemrakarsa Hari Perempuan menekankan bahwa hari itu adalah Hari Perempuan Pekerja.

Bagi kaum perempuan kelas-kelas atas, perjuangan untuk kesetaraan adalah perjuangan untuk ambil bagian dalam hak-hak istimewa para laki-laki dari kelas mereka sendiri: hak untuk menjadi pengacara, dokter, perdana menteri, CEO, dsb. Sudah barang tentu kita membela hak kaum perempuan untuk menjadi semuanya ini. 

Akan tetapi pada saat yang sama kita tahu bahwa bagi mayoritas luas perempuan prestasi-prestasi pribadi itu tidak mengubah jalannya dunia. Thatcher di Inggris, dan Angela Merkel di Jerman tidak membuat dunia menjadi lebih baik bagi perempuan. 

Justru sebaliknya! Seandainya Hillary Clinton menjadi presiden di AS pun, ia tidak akan mengubah dunia menjadi lebih baik bagi perempuan di AS, apalagi bagi perempuan di negeri-ngeri yang tunduk kepada intervansi imperialis AS.

Dalam hal in kaum perempuan yang menjadi seorang pengusaha, CEO atau akademisi-akademisi tinggi juga menyuarakan pembelaan terhadap penindasan kaum perempuan, dimana peningkatan upah dan penghargaan terhaap kaum perempuan juga menjadi tujuan mereka. Banyak kemajuan telah diraih sejak Hari Perempuan yang pertama pada 1910. 

Di banyak negeri perempuan telah memenangkan hak atas suara, hak atas pendidikan, dan terdapat legislasi yang melarang kekerasan terhadap perempuan. Banyak negeri juga mempunyai undang-undang yang mengharuskan kesetaraan upah. Namun kita belum memiliki kesetaraan yang sejati. 

Bahkan di negeri-negeri dengan kesetaraan yang penuh di hadapan hukum, kita masih menyaksikan kekerasan dan penindasan, dan perempuan masih dibayar dalam jumlah yang secara signifikan lebih rendah daripada laki-laki di semua negeri. Kesetaraan formal tidak membereskan akar persoalan. 

Pada dirinya sendiri keseteraan formal juga tidak akan menyelesaikan persoalan. Penindasan memiliki akar-akarnya dalam masyarakat kelas, sebagaimana halnya pelecehan, kekerasan, seksisme, serta pikiran dan mentalitas yang sempit.

Sebuah sistem yang didasarkan pada ekspolitasi terhadap kelas buruh inilah adalah bentuk dari kapitalisme. Segelintir orang di puncak masyarakat menjadi kaya melalui kerja yang tidak dibayar dari para buruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun