Mohon tunggu...
Harirotul Fikri
Harirotul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikologi UIN Malang '10| Pengagum sastra | Nyaman berada di kereta, senja dan padang ilalang | Bermimpi jadi penulis dan pebisnis | Penah ingin lanjut S2. Pernah!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rekayasa Sketsa Bahagia

7 Januari 2015   04:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14205527382145995537

Kiranya kelopak mata ini sudah lelah menangis
Hingga hari-hari setelahnya tersungginglah senyum manis
Pun persemayaman gulana dalam hati telah berangsur mengikis
Tapi, mengapa mimpi selalu membantuk lengkungan garis,
yang nantinya mampu melukiskan gambaran tragis?
-
Kiranya ikhlas hanya sebatas melupakan lara
Dengan adanya tawa pengganti duka
Yang pernah mendesak atas ngangahan luka
Maka sedu sedan mungkin takkan kembali menjelma
Berupa sketsa jelas tentang deraan nestapa
-
Kiranya senyum hanya sesederhana lengkungan bibir
Mungkin cara mengusir gundah juga akan terasa ganyir
Tapi Tuhan Yang Maha Rumit tak suka dengan hal-hal sederhana
Yang hanya membuat manusia-Nya malas untuk berkarya
Serta merenungkan apa arti dari ciptaan-Nya
-
Sesekali, mungkin
Aku butuh menarik senyum secara paksa
Mengatakan pada dunia jika aku tidak apa-apa
Mengatakan pada Tuhan jika aku kuat menjalaninya
Meminta Tuhan untuk tak hanya menciptakan senyuman di bibir saja
-
Kali ini, mungkin
Adalah waktu yang tepat untuk membalut derita
Dengan catatan-catatan cerita lama
Berisi kandungan doa dari segala tepas dunia
-
Aku tak sendiri
Tak mau menyombongkan diri,
Serta mengklaim bahwa titik terendah ada pada diri ini
Maka senyum harus tetap dihampiri
Demi memancing ketentraman hati sang pemimpi.
-
-

Malang, 6 Januari 2015
Puisi pertama, dalam duka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun