Kiranya kelopak mata ini sudah lelah menangis
Hingga hari-hari setelahnya tersungginglah senyum manis
Pun persemayaman gulana dalam hati telah berangsur mengikis
Tapi, mengapa mimpi selalu membantuk lengkungan garis,
yang nantinya mampu melukiskan gambaran tragis?
-
Kiranya ikhlas hanya sebatas melupakan lara
Dengan adanya tawa pengganti duka
Yang pernah mendesak atas ngangahan luka
Maka sedu sedan mungkin takkan kembali menjelma
Berupa sketsa jelas tentang deraan nestapa
-
Kiranya senyum hanya sesederhana lengkungan bibir
Mungkin cara mengusir gundah juga akan terasa ganyir
Tapi Tuhan Yang Maha Rumit tak suka dengan hal-hal sederhana
Yang hanya membuat manusia-Nya malas untuk berkarya
Serta merenungkan apa arti dari ciptaan-Nya
-
Sesekali, mungkin
Aku butuh menarik senyum secara paksa
Mengatakan pada dunia jika aku tidak apa-apa
Mengatakan pada Tuhan jika aku kuat menjalaninya
Meminta Tuhan untuk tak hanya menciptakan senyuman di bibir saja
-
Kali ini, mungkin
Adalah waktu yang tepat untuk membalut derita
Dengan catatan-catatan cerita lama
Berisi kandungan doa dari segala tepas dunia
-
Aku tak sendiri
Tak mau menyombongkan diri,
Serta mengklaim bahwa titik terendah ada pada diri ini
Maka senyum harus tetap dihampiri
Demi memancing ketentraman hati sang pemimpi.
-
-
Malang, 6 Januari 2015
Puisi pertama, dalam duka.