Mohon tunggu...
Nol Deforestasi
Nol Deforestasi Mohon Tunggu... Petani - profil
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nusantara Hijau

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemunduran Pertanian, Saatnya Ganti Mentan?

16 Mei 2019   16:02 Diperbarui: 16 Mei 2019   16:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ekspor. merdeka.com

ilustrasi ekspor. merdeka.com
ilustrasi ekspor. merdeka.com
Tidak hanya PDB pertanian yang mengalami koreksi, ekspor pertanian pada April 2019 juga loyo. Data BPS menunjukkan, pada April 2019 ekspor pertanian tercatat sebesar US$0,25 miliar atau US$250 juta. Pencapaian tersebut terkoreksi sebesar 6,74% secara Month on Month (MoM) atau berbanding Maret 2019 yang tercatat mencapai US$0,27 miliar alias US$270 juta.

Untuk perbandingan YoY, nilai ekspor sektor pertanian periode Januari-April 2019 terpantau menurun tajam sebesar 15,88% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menanggapi angka-angka tersebut, Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiharto tidak setuju jika sektor pertanian dijadikan kambing hitam atas melempemnya pertumbuhan PDB nasional triwulan I 2019. Ia berdalih, kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi secara YoY jelas-jelas positif, yakni 1,81%.

Pihaknya menyayangkan melihat kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB hanya dilihat dari PDB sub sektor tanaman pangan. Padahal, sektor lainnya tumbuh lebih besar salah satunya sektor peternakan mampu tumbuh 7,95% YoY atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 3,94% YoY.

Kementan boleh saja berdalih demikian. Tapi data juga berbicara. Sektor tanaman pangan setidaknya dalam dua tahun terakhir terkontraksi cukup dalam, 5,94% YoY pada kuartal I 2019 dan 3,42% YoY pada kuartal I 2018. Kepala BPS sendiri sudah menyatakan sebabnya ada faktor lain yang menyebakan kontraksi dalam tersebut, bukan sekedar pergeseran masa panen padi.  

Pertanian Salah Satu Sektor Paling Mundur

locita.co
locita.co
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pada periode rezim Kabinet Kerja 2014-2019 sektor produktif di Indonesia dapat dikatakan menurun terus. Ketersediaan pangan menjadi terus menerus dilanda masalah.

Sebagai negara agraris seharusnya Indonesia mampu mengatasi masalah pangan dengan baik. Namun, yang terjadi justru kemunduran. Ia menilai Kabinet Kerja sangat lemah di titik koordinasi.

"Pangan dalam arti luas mengalami kemunduran, baik dari efektivitas dan efisiensi. Jangan hanya bicara besaran importasi pangan, tetapi kesejahteraan petani ini sangat menjauh. Pertanian menjadi salah satu sektor yang paling mundur," ujar Enny.

Enny mengatakan, Menteri Pertanian ke depan harus memberikan insentif ekonomi kepada petani. Sehingga, petani bisa tumbuh dan sejahtera. "Jelas saja, masyarakat semakin enggan jadi petani. Jangankan masalah prestise, insentif ekonomi saja tidak ada. Kalau sektor pertanian ditingggalkan, lalu masyarakat Indonesia mau makan apa?"

Acuan:
Pertumbuhan Ekonomi Loyo Gara-gara Pertanian Pangan Negatif
BPS: Pertanian Dongkrak Pertumbuhan PDB Kuartal I 2019
Petani Curhat, Tak Diperhatikan Menteri Pertanian soal SDM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun