Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Berinvestasi dengan Cara Berutang

13 Januari 2018   15:38 Diperbarui: 13 Januari 2018   15:54 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tulisan ini semata-mata sebagai pengingat diri sendiri. Saya tidak bermaksud menyinggung, atau menyindir orang per orang. Kalau ada kesamaan cerita, itu hanya kebetulan saja. 

Tulisan ini murni bermaksud mengajak untuk kebaikan. Seandainya tidak sependapat, silakan saja. Semua kembali kepada masing-masing kita yang menjalani hidup.

Utang, adalah kata-kata yang sangat menyakitkan yang sering saya dengar sejak saya masih kecil. Oleh karena di balik utang ada sesuatu yang bisa melukai perasaan, maka sebisa mungkin saya menghindari utang. 

Ada sesuatu hal yang membuat saya tidak bisa menghindari utang karena keadaan darurat yaitu untuk biaya pengobatan yang jumlahnya puluhan juta.

Setelah itu, saya berdoa kepada Allah agar tidak didekatkan dengan utang. Memang, saya jadi tidak memiliki barang-barang bagus atau barang-barang berharga. 

Kalau teman saya memiliki barang bagus dengan cara kredit, saya tidak. Saya berkomitmen untuk tidak berutang. Mungkin karena hidup saya yang sederhana inilah, teman saya ada yang bilang kalau saya kurang bersyukur. Loh, kok bisa begitu? Katanya, untuk membeli mobil saja mampu kok saya masih saja memakai motor lawas.

Apa hubungannya motor lawas dengan tidak bersyukur? Saya merasa belum membutuhkan mobil, jadi menurut saya mobil bukan barang yang harus dimiliki. Membeli mobil kalau tidak memiliki uang yang cukup, berarti saya harus bersinggungan lagi dengan utang. No! Mending saya ke mana-mana naik angkutan umum tapi hepi daripada punya mobil tapi harus mikir cicilan dan bunganya.

Setahun yang lalu, suami terpaksa meminjam/utang koperasi agar bisa membayar tanah kerabat yang dijual padanya. Besarnya cukup lumayan. Untuk jasanya saja, suami harus mengeluarkan tujuh ratus lima puluh ribu. 

Meskipun bunganya dengan system bunga menurun, tetap saja kalau diakumulasi jumlahnya banyak untuk 50 bulan! Akhirnya, saya harus merelakan tabungan emas yang saya miliki untuk melunasi utang koperasi. Biarlah saya tidak memiliki tabungan emas, asal hidup saya tidak dibebani utang.

Alhamdulillah, sekarang tidak punya utang. Saya tidak tergiur berinvestasi kalau saya tidak memiliki uang. Kalau orang lain ingin berinvestasi property dengan cara kredit selama sekian tahun, saya kok tidak tertarik. Mungkin ada yang bilang saya nggaya, sok gitu. Bukan, bukan nggaya. Kalau saya tidak punya uang, mengapa saya memaksakan diri untuk utang demi investasi.

Investasi akan memberikan keuntungan kalau tidak ada utang-bunga. Ada yang bilang, investasi berupa rumah/tanah, dalam jangka panjang akan memberikan keuntungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun