Kita perlu lebih dari sekadar regulasi. Kita perlu perubahan sikap kolektif, kesadaran ekologis yang tumbuh bukan karena tekanan, tapi karena kesadaran akan hubungan kita yang tak terpisahkan dari alam. Mahakam bukan tempat asing yang jauh di sana. Ia adalah bagian dari kita. Airnya mungkin tidak mengalir di kota-kota besar, tapi keberadaannya menopang hutan yang menjaga udara kita, biodiversitas yang menjadi sumber obat dan pangan kita, serta budaya yang memperkaya identitas kita sebagai bangsa.
Di penghujung tulisan ini, mari kita tutup mata sejenak dan bayangkan Mahakam seratus tahun dari sekarang. Akankah kita melihat sungai jernih yang penuh perahu, danau-danau hidup yang berkilau, dan Pesut Mahakam berenang lincah di antara eceng gondok? Ataukah hanya akan tersisa gambar satelit dari genangan-genangan hitam bekas tambang, dengan narasi yang menyayat: "Di sinilah dulu, sungai itu pernah mengalir"?
Pilihan ada di tangan kita. Mahakam telah memberi begitu banyak, sekarang giliran kita untuk menjaganya. Karena sungai ini bukan hanya tentang air yang mengalir ke laut, tapi tentang kisah yang mengalir ke masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI