Tentu saja, kita tidak boleh menjadikan hasil studi ini sebagai dalih untuk menutupi masalah struktural. Tapi kita juga tak perlu merasa malu untuk merasa bahagia. Justru dari rasa cukup dan hubungan sosial yang kuat inilah kita bisa membangun basis pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Jika pemerintah jeli, hasil studi ini bisa menjadi panduan untuk menyusun ulang prioritas kebijakan. Pendidikan tidak boleh hanya menghasilkan tenaga kerja, tapi juga manusia utuh. Pembangunan tidak boleh sekadar membangun jalan tol, tapi juga ruang publik yang memungkinkan orang bersosialisasi. Kesehatan tidak boleh hanya berfokus pada rumah sakit, tapi juga pada kesehatan mental yang sering kali diabaikan.
Flourishing bukan utopia. Ia bisa dirawat, dibangun, dan dijaga. Tapi ia menuntut keberanian untuk melawan arus global yang mengukur nilai manusia dari produktivitas semata. Mungkin dalam kesederhanaan dan keramahan yang selama ini kita anggap biasa-biasa saja, tersembunyi kekuatan yang selama ini tidak kita sadari.
Indonesia tidak sempurna. Tapi mungkin, dalam banyak hal, kita sudah lebih utuh dari yang kita kira.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI