Anggapan saya tadi memang bukan omong kosong belaka. Setara Institute menempatkan Manado sebagai kota paling toleran nomor empat se-Indonesia pada tahun 2023. Di Manado, agama bukanlah hambatan untuk bersatu-padu.
Sitou Timou Tumou Tou
Jika saya boleh menduga, tingginya toleransi antarumat beragama di Manado berakar dari filosofi yang dipopulerkan pahlawan nasional Sam Ratulangi. Filosofi itu dikenal dengan sebutan “Sitou Timou Tumou Tou”.
Semboyan itu memiliki makna “manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain”. Prinsip hidup inilah yang saya rasakan telah membudaya dan mengakar kuat di tengah-tengah warga Manado.
Falsafah ini memuat rasa solidaritas di antara seluruh makhluk Tuhan. Oleh karenanya, orang Manado beranggapan pengembangan suatu bangsa harus didasari pada rasa kasih sayang terhadap sesama.
Hal itu akan membuat sikap saling menumbuhkan. Juga memberi peluang mewujudkan diri sesuai agama dan kepercayaan masing-masing tanpa adanya dominasi dan diskriminasi dari pihak lain.
Prinsip hidup itulah yang benar-benar saya rasakan dari warga Manado yang berinteraksi dengan saya. Pernah suatu ketika di bulan puasa saya bekerja hingga larut sore. Ada pekerjaan yang tidak bisa saya tunda dan harus selesai pada hari itu juga.
Alhasil, saya lupa waktu berbuka. Jangankan beli takjil atau kudapan, ambil air putih dari dispenser di ujung ruangan untuk membatalkan puasa saja sampai tidak ingat.
Tiba-tiba, seorang kolega mendekati meja kerja saya. Melihat tindak-tanduk saya yang sudah lewat magrib tapi masih sibuk bekerja, ia pun menyapa saya dengan penuh rasa penasaran.
“Ngana, nyandak babuka?”